Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 26 Juni 2014

TAJUK RENCANA Ancaman Kebebasan Pers di Mesir (Kompas)

MESIR bukan Suriah yang dikenal sebagai negara paling berbahaya bagi wartawan. Itu karena Suriah memang sedang didera perang saudara.
Akan tetapi, keputusan pengadilan kriminal Kairo, untuk menjatuhkan hukuman penjara kepada tiga wartawan Al Jazeera telah menempatkan Mesir pada deretan negara yang berbahaya bagi wartawan. Tidak hanya bagi wartawan, tetapi juga bagi kebebasan bersuara, kebebasan mengemukakan pendapat, yang semestinya dijamin di sebuah negara demokrasi. Kebebasan inilah yang diperjuangkan kaum muda dalam Revolusi 2011.

Tiga wartawan Al Jazeera—Peter Greste, Mohamed Fahmy, dan Baher Mohamad—divonis tiga tahun penjara. Khusus Baher Mohamed, hukumannya ditambah tiga tahun karena terbukti membawa senjata api saat meliput demonstrasi Desember lalu. Selain menjatuhkan hukuman kepada tiga wartawan, pengadilan juga menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara, secara in absentia kepada tiga wartawan lain. Lebih dari 65 wartawan ditahan sejak kudeta militer terhadap Muhammad Mursi, Juli lalu, dan sudah 14 wartawan diadili.

Ketiga wartawan Al Jazeera itu didakwa menyebarkan berita bohong, membahayakan keamanan negara, dan mendukung kelompok—yang menurut istilah Pemerintah Mesir—teroris, Ikhwanul Muslimin. Ketiga dakwaan itu dibuktikan oleh hakim di sidang pengadilan. Menurut pihak yang berwenang Mesir, ketiga wartawan berkonspirasi dengan Ikhwanul Muslim, yang sudah dinyatakan sebagai organisasi terlarang, membuat berita-berita yang menghasut saat berlangsung demonstrasi yang berujung dengan penggulingan Mursi.

Benarkah mereka menghasut? Yang pasti kebebasan pers merupakan salah satu prasyarat bagi tegaknya demokrasi. Meskipun demikian, tentu wartawan tidak boleh menyalahgunakan kebebasan yang ada padanya, kebebasan yang dipercayakan kepadanya dalam menjalankan tugas. Ada paugeran, aturan main, kode etik yang harus dipegang teguh dan dijunjung tinggi.

Apalagi media adalah salah satu pilar demokrasi. Pengingkaran terhadap "tugas suci" wartawan sebagai insan media adalah pengkhianatan terhadap demokrasi. Demokrasi pada momen dan fase tertentu memang melahirkan para "penumpang bebas" yang sesuka hati dan bertindak- tanduk semua gue. Demokrasi juga menghasilkan surplus kebebasan, tetapi defisit tanggung jawab. Ini yang berbahaya. Apalagi kalau kebebasan itu lalu dimanfaatkan untuk meneror, menghina, menyudutkan, dan menghasut.

Terlepas dari semua itu, kiranya vonis itu sangat memalukan bagi Mesir yang tahun lalu mengobarkan revolusi untuk menggulingkan seorang presiden yang dianggap otoriter, yang memenjara, memberangus kebebasan rakyatnya untuk berkumpul dan berpendapat.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007473792
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger