Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 23 Juni 2014

TAJUK RENCANA: Beban Berat Jakarta (Kompas)

UILANG  tahun ke-487 Jakarta, 22 Juni 2014, diperingati dengan pesta warga Jakarta dan dinikmati warga di berbagai sudut kota Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar Jakarta Night Festival yang dipusatkan di Monumen Nasional dan Jalan MH Thamrin. Pada hari Minggu digelar Jakarnaval, sebuah pawai budaya. Peringatan ulang tahun Jakarta kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tidak tampil dalam peringatan ulang tahun Jakarta karena sedang cuti untuk kepentingan kampanye Pemilihan Umum Presiden 9 Juli 2014. Dalam sejarah Indonesia, untuk pertama kalinya seorang gubernur dan kebetulan Gubernur DKI Jakarta akan bertarung dalam kontes pemilihan presiden.

Semakin tua dalam usia, beban Jakarta kian berat. Jakarta kelebihan beban. Penyakit Jakarta dari tahun ke tahun tak kunjung selesai. Problem kemacetan, banjir, serta bertambahnya jumlah penduduk. Jakarta terus dihadapkan pada masalah yang sama-sama mendesak.

Tahun 2010, penduduk Jakarta mencapai 9,6 juta. Itu pada malam hari. Adapun pada siang hari beban penduduk Jakarta bisa mencapai 12 juta karena kedatangan komuter dari daerah sekitar yang bekerja di Jakarta. Akibat itu semua, sebagaimana tertera dalam infografis Kompas, 20 Desember 2013, penduduk Jakarta kian padat. Pada tahun 2010, kepadatan penduduk Jakarta mencapai 13.157 jiwa per kilometer persegi, sementara pada tahun 2000 kepadatan penduduk berada pada angka 11.221 jiwa per kilometer persegi.

Akibat beban Jakarta yang kian berat, air baku kian menipis. Muka tanah Jakarta di sejumlah titik turun. Sejak tahun 1997 hingga 2003 terjadi penurunan muka tanah Jakarta di sejumlah tempat mencapai 91 cm (Kompas, 20 Desember 2013). Paradoks pun terjadi. Ketika kebutuhan akan perjalanan kian meningkat, jumlah ruang jalan semakin sempit. Harian Kompas, 20 Desember 2013, memprediksi pada tahun 2020, jalan di Jakarta tak bisa lagi menampung mobil dan motor yang ada.

Itulah wajah Jakarta yang diperingati warganya. Menyelesaikan masalah Jakarta, sebagai ibu kota negara, pusat perekonomian, dan pusat perwakilan negara asing, tak mungkin hanya diselesaikan seorang gubernur Jakarta. Jakarta membutuhkan perhatian dan campur tangan pusat. Sebut saja contoh pembangunan mass rapid transit (MRT) terkendala dengan tidak mulusnya koordinasi pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Pemerintah pusat seharusnya punya peran lebih untuk mengatasi problem Ibu Kota. Masalah banjir di Jakarta sudah terjadi sejak tahun 1970-an, dan kian memburuk. Sebagai etalase negeri ini, kerja sama pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sangat dibutuhkan untuk menolong Jakarta yang kelebihan beban. Siapa pun yang akan dipilih sebagai presiden pada 9 Juli 2014 harus memberikan perhatian mengatasi berbagai persoalan yang ada di Jakarta. Selamat ulang tahun Jakarta!

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007407677
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger