Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 19 Juni 2014

TAJUK RENCANA Jalan Kekerasan Al-Shabab (Kompas)

MENGAPA Al-Shabab di Somalia dan Kenya memilih jalan kekerasan di tengah usaha masyarakat dunia yang tengah berjuang untuk perdamaian ini?
Pertanyaan yang sama bisa ditujukan kepada Boko Haram di Nigeria yang dari hari ke hari terus mengedepankan cara-cara kekerasan dalam memaksakan kehendaknya. Kekerasan, radikalisme, terorisme, dan intoleransi menjadi cara dan jalan yang terus diperjuangkan oleh sejumlah kelompok di pelbagai pelosok dunia, termasuk di Indonesia.

Kita memang patut bertanya, mengapa jalan itu mereka pilih? Pertanyaan semacam itu semakin keras, tidak hanya berdengung, tetapi bergaung setelah tersiar berita aksi kekerasan, tindak radikalisme yang dilakukan Al-Shabab di Kenya. Mereka menyerang kantor polisi, hotel-hotel, dan rumah-rumah penduduk sebuah kota perdagangan, kota wisata, Mpeketoni, Kenya, hari Minggu. Akibat serangan kelompok militan bersenjata itu, tak kurang dari 49 orang tewas, dalam sekali serang.

Serangan mematikan yang dilakukan Al-Shabab, kelompok yang disebut-sebut ada kaitannya dengan Al Qaeda ini, sungguh sulit dipahami. Mereka bergerak keluar dari sarangnya di Somalia dan melintasi perbatasan masuk ke Kenya. Bukan kali ini saja mereka mengumbar cara-cara kekerasan seperti itu. Pada tahun 2013 mereka menyerang pusat perbelanjaan Westgate yang menewaskan 68 orang.

Al-Shahab yang mengakui serangan di Mpeketoni—sementara Presiden Kenya Uhuru Kenyatta menyatakan serangan itu dilakukan jaringan lawan-lawan politiknya yang terorganisasi—sebagai balasan atas campur tangan militer Kenya di Somalia tahun 2011. Hal itu juga sebagai balasan atas tindakan Kenyatta yang menekan kelompok Muslim di Kenya.

Atas nama apa pun, tentu tindakan Al-Shabab dan Boko Haram tidak bisa dibenarkan. Apalagi kalau tindakan itu mereka sebut atas nama agama. Mengapa hal itu tidak bisa dibenarkan? Agama apa pun tidak mengajarkan tindak kekerasan, tindak yang mengangkangi nilai-nilai kemanusiaan, tindak yang melanggar kemanusiaan. Semua agama mengajarkan perdamaian.

Agama, memang, sering tampil dalam dua wajah. Satu wajah yang memberikan kedamaian, kedalaman hidup, dan harapan yang kukuh, sementara wajah lainnya sering dikaitkan dengan tindak kekerasan. Jika demikian, lalu apa sumbangan agama pada peradaban manusia.

Dalam ruang yang pendek ini, kita tidak ingin mengulas soal agama. Namun, soal tindak kekerasan yang dipilih banyak kelompok yang sering kali diembel-embeli dengan agama, di pelbagai penjuru dunia, tentu termasuk di negeri kita tercinta ini. Pertanyaannya adalah apakah cara-cara kekerasan, radikalisme, terorisme itu akan menghasilkan kedamaian dan tujuan orang hidup di dunia ini?

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007313579
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger