Paparan calon presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo dalam debat Minggu, 22 Juni lalu, tidak hanya penting untuk menjelaskan visi, misi, dan program kerja masing-masing, tetapi sekaligus membuka wacana tentang bagaimana kesigapan Indonesia dalam menghadapi dunia yang terus bergolak.
Sejauh ini perhatian masyarakat Indonesia terhadap berbagai isu dunia terkesan kurang kuat. Mungkin karena konsentrasi lebih tertuju pada persoalan domestik, seperti kesenjangan, kemiskinan, dan pembangunan. Langsung atau tidak, acara debat capres dengan tema politik luar negeri dan pertahanan telah membangkitkan perhatian atas posisi serta peran Indonesia dalam kiprah dan pergaulan di tingkat kawasan dan global.
Sangatlah penting bagi Indonesia untuk tidak lengah mengantisipasi berbagai arus perubahan yang berlangsung cepat di panggung dunia. Antisipasi perlu ditekankan karena kehidupan dalam negeri semakin sulit ditutup rapat-rapat terhadap arus pengaruh dari luar. Demikian juga politik luar negeri tidak lagi semata-mata ekstensa atau kelanjutan politik dalam negeri, tetapi sudah ikut dipengaruhi imbas pertarungan kepentingan global.
Namun, di atas segalanya, politik luar negeri dan sistem pertahanan haruslah diarahkan untuk menjaga kepentingan nasional, seperti dilakukan banyak negara di dunia. Perjuangan kepentingan nasional perlu diperkuat di tengah pertarungan kepentingan global yang sangat keras. Tentu saja Indonesia perlu bersikap terbuka, hidup bertetangga secara damai dan mengutamakan dialog dalam interaksi dengan negara lain, tetapi harus diikuti pemahaman tentang sisi buruk dari globalisasi.
Proses globalisasi tidak hanya mendorong integrasi ekonomi, tetapi juga memicu internasionalisasi kejahatan, seperti teror, radikalisme, dan mafia. Tantangan yang dihadapi tentu saja bagaimana bangsa Indonesia yang dikenal toleran dan saling menghargai tidak dirasuki oleh gerakan radikal yang berasal dari luar. Banyak negara di dunia menjadi korban gerakan radikal yang diinspirasi oleh gerakan kaum militan Taliban dan Al Qaeda yang semula berbasis di Afganistan.
Pengaruh negatif dari luar lazimnya gampang masuk jika bangunan sosial ekonomi, politik, keamanan, dan budaya dalam negeri rapuh. Atas pertimbangan itu, kesejahteraan sosial, keadilan, dan jaminan keamanan merupakan sistem pertahanan paling efektif dalam menghadapi pengaruh buruk dari luar. Tidak kalah pentingnya postur pertahanan harus diperkokoh agar kawan atau lawan tidak tergoda melakukan gangguan keamanan. Sejauh bangsa Indonesia mampu melakukan kombinasi pembangunan yang menekankan kesejahteraan, keadilan, dan keamanan, segala tantangan dari luar dapat diredam dan ditangkal.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007452372
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar