Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 10 Juli 2014

TAJUK RENCANA: Afganistan Terancam Perang Saudara (Kompas)

AFGANISTAN dalam kondisi kritis. Ancaman perpecahan negeri yang tak pernah sepi dari konflik bersenjata itu kini membayangi begitu jelas.
Pengumuman Komisi Pemilu Independen (IEC) Afganistan yang menyatakan Ashraf Ghani memenangi pemilu presiden telah mendorong negeri itu ke situasi yang sangat membahayakan. Kandidat presiden lainnya, Abdullah Abdullah, yang mantan menteri luar negeri, menolak pengumuman itu. Ia tidak hanya menolak hasil penghitungan suara itu, tetapi bahkan mengklaim bahwa dirinyalah yang memenangi pemilihan presiden 14 Juni lalu.

Menurut IEC, mantan ekonom Bank Dunia, Ashraf Ghani, merebut 56,44 persen suara, sementara Abdullah Abdullah meraih 43,5 persen suara dari lebih dari 8 juta pemilih (jumlah pemilih yang terdaftar 13,5 juta). Padahal, pada pemilu putaran pertama, Abdullah Abdullah-lah yang menang. Ia meraih 44,4 persen suara, sementara Ashraf Ghani memperoleh 33 persen suara.

Dalam Pemilu 2009, Abdullah Abdullah menempati urutan kedua, posisi pertama ditempati Hamid Karzai. Ia hanya meraih 30,5 persen suara. Namun, ia waktu itu secara tegas menyatakan bahwa telah terjadi kecurangan. Kali ini pun doktor politik itu mengatakan hal sama: pemilu penuh kecurangan karena ada aparat keamanan yang terlibat, demikian pula para petinggi pemerintahan seperti gubernur dan para pemimpin di bawahnya.

Sebenarnya, hasil resmi pemilu belum diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum Afganistan. Itu berarti, belum ada pemenangnya. Ini karena jutaan suara masih diperiksa ulang sebab ada dugaan kecurangan. Akan tetapi, pengumuman hasil IEC telah memengaruhi kedua kubu beserta seluruh pendukungnya. Euforia kemenangan menguasai para pendukung kedua kubu, hal itu terlihat di jalan-jalan di sejumlah kota.

Kondisi seperti inilah yang telah memunculkan kekhawatiran berbagai pihak, termasuk PBB dan AS. Mereka terus mengingatkan agar kedua belah pihak tenang, kalem, dan menahan diri.

Sebenarnya, kondisi seperti ini sudah diduga sejak semula. Kondisi politik yang selalu panas dan tegang, dan hubungan antaretnik yang tidak begitu baik, memberikan sumbangan bagi kondisi sekarang. Apalagi, kedua kandidat didukung etnik yang berbeda. Ghani didukung Pashtun dan Abdullah didukung Tajik.

Kalau kedua kandidat tetap pada posisi dan sikap mereka, sama-sama mengklaim menang, itu berarti Afganistan didorong ke dalam lembah yang kelam. Bukan tidak mustahil akan pecah perang saudara, seperti yang sudah- sudah. Hal itu akan sangat menguntungkan kelompok Taliban yang terus mencari peluang berkuasa. Kita hanya bisa berharap segera ada hasil resmi yang bisa diterima kedua belah pihak dengan lapang dada.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007763779
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger