Cari Blog Ini

Bidvertiser

Minggu, 20 Juli 2014

TAJUK RENCANA MH17 dan Konflik Ukraina (Kompas)

MASKAPAI penerbangan Malaysia Airlines kembali dirundung musibah. Pesawatnya jatuh diduga akibat terkena rudal di atas udara Ukraina.
Pesawat dengan nomor penerbangan MH17 itu dalam penerbangan dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur mengangkut 283 penumpang dan 15 awak.

Kita menyampaikan simpati yang dalam kepada Malaysia Airlines dan keluarga korban yang kehilangan orang-orang yang dicintai dalam musibah ini. Sungguh kejadian yang amat menyedihkan.

Meski dalam dunia penerbangan penyebab satu musibah tidak ditetapkan tergesa-gesa, dugaan pesawat jatuh karena terkena tembakan rudal banyak diyakini. PM Malaysia Najib Razak mengatakan, pesawat tidak mengirimkan sinyal darurat sebelum jatuh, menyiratkan penerbangan berlangsung normal.

Ada hal yang bisa dicatat terkait dengan pesawat yang melintas di atas wilayah konflik. Seperti kita ketahui, sejak penggulingan Presiden pro Rusia Viktor Yanukovych, keadaan di Ukraina berkembang kisruh. Ada referendum yang hasilnya membuat wilayah Crimea memilih bergabung dengan Rusia, dan pemberontakan pro Rusia marak di wilayah Ukraina timur (Luhansk dan Donetsk).

Dengan latar belakang itu, jatuhnya pesawat Malaysia sulit dilepaskan dari kondisi konflik di Ukraina. Atas dasar itu pula, sejumlah otoritas penerbangan, seperti Badan Penerbangan AS, sejak tiga bulan silam melarang maskapai penerbangan AS melintasi wilayah yang tengah dilanda konflik. CNN menyebut, larangan diterapkan guna menghindari perintah pengendali lalu lintas Ukraina dan Rusia yang mungkin bertentangan, dan juga kemungkinan terjadi kekeliruan mengenali identitas pesawat.

Dengan munculnya dugaan tertembak rudal, analisis pun bisa berkembang jauh. Pertama, konflik di Ukraina kini sudah melibatkan persenjataan canggih. Ini dibuktikan dengan bisa ditembaknya MH17 yang terbang pada ketinggian 10.000 meter. Rudal anti pesawat yang dipanggul di bahu tentu tidak bisa menjangkau sasaran setinggi itu.

Hal lain yang kita risaukan tentu menyangkut keselamatan penerbangan. Setelah secara konvensional kita mengenal potensi bahaya dalam penerbangan adalah cuaca, kondisi pesawat, dan kelalaian manusia, serta ancaman terorisme, kini ada lagi ancaman bahaya yang lain, yakni menerbangkan pesawat di wilayah konflik. Tahun 1988 di atas kawasan Teluk, AS menembak pesawat Airbus A-300 yang menewaskan ke-290 penumpangnya.

Pesan yang dapat kita sampaikan tentu agar maskapai menghindar dari wilayah yang sedang bergolak. Penerbangan yang tetap diakui sebagai moda transportasi aman harus kita pertahankan reputasinya. Kita juga berharap pihak yang terlibat konflik dapat segera mengakhiri permusuhan karena situasi perang membahayakan pihak yang tidak bersalah.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007932318
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger