Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 23 Juli 2014

TAJUK RENCANA: Pemimpin Baru Terpilih (Kompas)

PROSES penantian atas hasil Pemilu Presiden 2014 memuncak hari Selasa kemarin ketika Joko Widodo-Jusuf Kalla ditetapkan sebagai pemenang.

Seharusnya pengumuman atas terpilihnya pemimpin baru nasional itu disambut ledakan kegembiraan dan suasana perayaan, tetapi terasa tidak begitu dramatis. Mengapa tidak? Suasana secara umum memang terkesan kurang kondusif, setidak-tidaknya terlihat pada sistem pengamanan berlapis-lapis di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan sekitarnya, yang mengindikasikan kemungkinan gangguan keamanan.

Tidak seperti dikhawatirkan, kondisi keamanan praktis terkendali, tidak ada pergolakan dan kekacauan. Hanya saja tiba-tiba terjadi kekagetan ketika calon presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto, di luar dugaan mengumumkan penolakan terhadap pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014 atas alasan yang dikatakannya cacat hukum, curang, dan tidak demokratis.

Pernyataan Prabowo, yang tidak didampingi pasangannya, Hatta Rajasa, mendapat sorotan luas, mengundang komentar dan silang pendapat karena dikeluarkan hanya beberapa jam sebelum KPU mengumumkan hasil akhir penghitungan suara pemilihan presiden-wapres, yang dilaksanakan 9 Juli lalu. Sekalipun pernyataan penolakan Prabowo tidak mengganggu legitimasi pemilihan presiden-wapres tahun 2014, sikap yang diekspresikan Prabowo tetap berpengaruh secara politik, khususnya menyangkut kualitas demokrasi Indonesia.

Terlepas dari ekspresi kekecewaan Prabowo, warga masyarakat sudah melaksanakan pemilu secara tenang, damai, dan ceria. Sementara pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan seluruh aparat negara memberi kawalan secara baik atas proses demokrasi ini. Kenyataan ini kembali memperlihatkan, budaya demokrasi semakin berjalan di Indonesia. Sudah tiga kali bangsa Indonesia melaksanakan pemilihan presiden-wapres secara langsung selama era Reformasi secara damai, lancar, dan tenang.

Apa kata dunia jika budaya demokrasi yang sudah tumbuh itu tiba-tiba meredup dan melangkah surut. Bangsa Indonesia akan dilecehkan dalam pergaulan internasional jika tidak mampu menampilkan diri sebagai negara demokratis. Upaya pengembangan kehidupan demokrasi perlu ditopang oleh komitmen kuat semua pemangku kepentingan agar tidak mudah tergelincir, lebih-lebih karena jalan yang dilalui tidak lurus dan landai, penuh kelokan dan tikungan.

Pemimpin hasil pemilihan demokratis diharapkan akan memerintah secara demokratis pula. Tidak jarang dalam sejarah, pemimpin yang terpilih secara demokratis berkuasa secara otoriter dan represif, yang menyengsarakan rakyat. Jelas pula, pengembangan kehidupan demokrasi harus mengarah pada upaya penciptaan kesejahteraan rakyat. Tanpa kesejahteraan rakyat, kehidupan demokrasi akan kehilangan makna dan kualitasnya. 
 
Sumber:  http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007985894

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger