Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 01 Agustus 2014

TAJUK: Cegah Konflik Timteng ke Indonesia (Kompas)

Mengapa begitu banyak konflik dan perang di wilayah Timur Tengah? Adakah solusi untuk menyelesaikan konflik yang berbilang tahun itu?
Dua pertanyaan di atas telah lama dikemukakan banyak orang. Banyak jawaban pula yang sudah dikemukakan. Ada yang mengatakan, konflik dan perang di Timur Tengah disebabkan oleh banyak hal yang terkait antara satu dan yang lain: mulai dari berlatar belakang ekonomi, sosial, budaya, agama, hingga politik, geopolitik, geostrategik, dan banyak lain lagi penyebabnya. Berbagai cara dan tindakan telah dilakukan, baik lewat perundingan maupun perang. Namun, hingga kini, kita masih tetap melihat bahwa Timur Tengah adalah pusaran konflik dunia.

Konflik Arab-Israel adalah konflik terpanjang dan terlama di Timur Tengah. Dan, hingga sekarang—saat pecah perang Israel dan Hamas yang sudah menewaskan lebih dari 1.200 orang dan ribuan lainnya terluka—belum terlihat secercah harapan akan lahirnya perdamaian.

Lebanon, yang sekarang seperti sepi-sepi saja, tenang- tenang saja, pernah mengalami perang saudara yang demikian sengit selama beberapa tahun. Dan, sekarang pun, negeri itu sepenuhnya aman dan damai.

Perang saudara di Irak, yang bermula setelah tumbangnya Saddam Hussein karena invasi militer AS, hingga saat ini belum ada pertanda akan damai. Bahkan, munculnya kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah/NIIS) telah mendorong Irak yang sudah terbelit perang sektarian menjadi semakin suram masa depannya.

Apa yang disebut "Arab Spring" di beberapa negara Arab pun hingga kini belum menghasilkan stabilitas dan perdamaian. Libya, misalnya, terseret ke perang saudara. Mesir melalui jalan terjal untuk mendirikan negara yang disebut demokrasi. Tunisia pun tidak banyak berbeda.

Ada banyak sebab, mengapa konflik dan perang terus terjadi di negara-negara di Timur Tengah, seperti disebut di atas. Di sejumlah negara, agama memainkan peran pecahnya konflik, demikian juga etnik. Ada semacam perselingkuhan antara agama dan politik. Munculnya NIIS, misalnya, semakin memecah belah negara-negara yang sudah terpecah, seperti Suriah dan Irak. Pertalian antara "yang sakral" dan "kekerasan" menjadi cikal-bakal munculnya fundamentalisme, bahkan ekstremisme.

Usaha untuk menciptakan perdamaian, merujukkan mereka yang berseteru, memang harus terus dilakukan tanpa kenal lelah oleh berbagai pihak, tidak hanya negara- negara yang berkonflik, tetapi juga masyarakat dunia. Indonesia dalam hal ini juga harus berperan sesuai dengan perintah Konstitusi. Pada saat yang bersamaan juga harus mencegah secara serius dan tegas agar jangan sampai konflik di Timur Tengah merembes ke Indonesia dalam segala bentuknya, karena hanya akan merusak kerukunan dan perdamaian serta kedamaian di negeri ini.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008114348
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger