Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 14 Agustus 2014

TAJUK RENCANA: Tantangan Pemerintahan Baru (Kompas)

TANTANGAN yang akan dihadapi pemerintahan baru Indonesia tidak akan mudah. Meskipun ekonomi tumbuh, banyak persoalan menyertai.
Dunia internasional memuji Indonesia karena ekonominya tumbuh tinggi dalam satu dekade terakhir. Namun, seiring pujian tersebut juga muncul peringatan perlunya perubahan struktural disebabkan pertumbuhan tinggi tersebut sejak triwulan kedua tahun lalu memperlihatkan kecenderungan melambat, dari sebelumnya 6 persen menjadi 5 persen.

Perlambatan tersebut mencerminkan belum berkualitasnya pertumbuhan ekonomi kita dan berisiko pada pertambahan jumlah orang miskin serta mereka yang rentan kembali menjadi miskin apabila ada guncangan di dalam negeri maupun luar negeri. Seorang pemulung, misalnya, akan kembali menjadi miskin apabila selama sepekan turun hujan sehingga dia tidak dapat bekerja.

Situasi yang juga mendesak diselesaikan adalah kesenjangan kemakmuran yang melebar. Rasio gini melebar dari 0,37 pada tahun 2009 menjadi 0,41 pada tahun 2013. Apabila ditelisik lebih jauh, rasio gini ketimpangan di perkotaan jauh lebih tinggi dari di perdesaan, yaitu 0,43 dan 0,32. Data Bank Dunia memperlihatkan, tahun 2002 tingkat konsumsi 10 persen rumah tangga paling kaya 6,6 kali konsumsi 10 persen rumah tangga termiskin. Pada tahun 2013, perbandingannya menjadi 10 kali.

Dalam diskusi panel ahli ekonomi harian Kompas pada Mei lalu dibahas, menurunkan kesenjangan kesempatan jauh lebih penting daripada menurunkan kesenjangan pengeluaran. Kesenjangan kesempatan tersebut adalah kesenjangan dalam mengakses pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan.

Penciptaan pekerjaan di sektor formal bagi angkatan kerja berusia muda menjadi keharusan. Indonesia memasuki fase bonus demografi dan tenaga kerja muda dan produktif itu hanya bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi apabila mereka bekerja di sektor formal yang memberikan kepastian dan stabilitas sosial.

Laporan Indeks Pembangunan Manusia 2014 Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menekankan pentingnya menyediakan pekerjaan di sektor formal untuk menjaga stabilitas dan kohesi sosial.

Anggaran pembangunan dari tahun ke tahun bertambah, begitu juga anggaran untuk mengurangi kemiskinan. Namun, penurunan kemiskinan berjalan lambat, orang yang rentan kembali menjadi miskin tetap besar jumlahnya, dan kesenjangan kemakmuran melebar.

Menyelesaikan kesenjangan kemakmuran dan kemiskinan adalah dengan mempersempit kesenjangan kesempatan. Itu artinya meluaskan akses dan meningkatkan kualitas pendidikan, membuat sebanyak mungkin orang bekerja di sektor formal dan peralihan tenaga kerja dari sektor pertanian ke industri manufaktur, serta membangun infrastruktur perdesaan. Pekerjaan ini harus dilakukan pemerintah karena swasta tak tertarik mengerjakan.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008311828
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger