Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 25 September 2014

TAJUK RENCANA: AS dan Koalisi Anti NIIS (Kompas)

APAKAH usaha melumpuhkan kelompok NIIS di Suriah dan Irak oleh koalisi pimpinan AS akan berhasil atau justru serangan itu memperkuat NIIS?
Pertanyaan tersebut kiranya penting diajukan belajar dari pengalaman "perang terhadap terorisme" yang dicanangkan oleh Presiden AS George W Bush setelah serangan teror terhadap gedung kembar World Trade Center di New York, 11 September 2001. Inilah yang kemudian disebut sebagai "perang global terhadap terorisme" untuk memerangi Al Qaeda dan kelompok militan lainnya.

Kalau ukuran keberhasilan adalah ditembak matinya pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, barangkali dapat dikatakan operasi militer pimpinan AS yang didukung oleh NATO dan negara-negara bukan anggota NATO ini berhasil. Namun, bukankah tiadanya Osama bin Laden tidak serta-merta menghentikan aksi terorisme. Bahkan muncul di mana-mana dan menelan korban demikian banyak.

Korban operasi yang dimulai tahun 2001 itu demikian banyak. Pihak AS sendiri sekurang-kurangnya kehilangan 6.639 tentara, belum ditambah korban sipil, lalu ditambah korban di pihak negara-negara pendukung koalisi, serta korban di pihak sasaran atau rakyat, misalnya, Afganistan. Ribuan orang tewas. Namun, terorisme masih tetap eksis.

Sekarang ini kita menyaksikan, AS kembali memimpin operasi militer—meski tidak mengirimkan pasukan darat—untuk melumpuhkan kelompok militan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Puluhan negara mendukung operasi militer itu meski negara-negara sekutu AS di Eropa enggan terlibat langsung. Namun, negara-negara sekutu AS di Dunia Arab—Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Jordania, Bahrain, dan Qatar—mendukung langkah AS.

Apakah operasi militer anti NIIS itu akan "bernasib" sama dengan "perang melawan teror"? Memang, tabiat, kelakuan, sepak terjang kelompok NIIS berbeda dengan Al Qaeda. Kelompok NIIS lebih kejam dan ideologi serta tujuan dibentuknya NIIS dan Al Qaeda pun berbeda.

Itulah sebabnya, negara-negara Arab pun menyatakan dukungan terhadap gagasan operasi militer yang dilancarkan oleh AS meskipun mereka juga mendukung operasi perang melawan terorisme. Akan tetapi, keberadaan NIIS dirasakan lebih membahayakan bagi negara-negara Arab itu ketimbang Al Qaeda.

Serangan pertama hari Selasa lalu di Suriah, memang, dapat dikatakan lumayan berhasil. Serangan koalisi menewaskan sekurang-kurangnya 70 petarung NIIS ditambah sekitar 50 pendukungnya. Namun, kiranya, aksi militer saja tidak akan mampu sepenuhnya menghabisi kelompok NIIS kalau, misalnya, krisis politik di Suriah dan juga di Irak belum bisa diselesaikan.

Bisa jadi perang melawan kelompok NIIS ini akan berlangsung lama dan membutuhkan stamina tinggi, baik AS maupun negara-negara pendukungnya.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009076225
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger