Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 20 September 2014

TAJUK RENCANA: Belajar dari Skotlandia (Kompas)

HASIL  dan partisipasi referendum di Skotlandia menegaskan kemenangan proses sekaligus kematangan berdemokrasi warga Skotlandia.
Menurut berita yang tersiar dari Skotlandia, sebanyak 1.617.989 suara (45 persen) mendukung pemisahan Skotlandia dari Inggris Raya dan 2.001.926 suara (55 persen) menolak. Sebanyak 84,5 persen dari sekitar 4,5 juta pemilih menggunakan haknya.

Dengan demikian, berakhir sudah usaha yang telah dilakukan sejak dua tahun lalu oleh Menteri Utama Alex Salmond yang juga pemimpin Partai Nasional Skotlandia untuk memisahkan diri dari Inggris Raya. Hasil referendum itu memperkokoh Inggris Raya: Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara yang sudah bersatu sejak 307 tahun silam berdasarkan atas Acts of Union 1707.

Yang terjadi di Skotlandia menegaskan bahwa inti demokrasi adalah kehendak umum. Meski, ada yang menyatakan bahwa politik kewargaan adalah jantung demokrasi. Terlepas dari perdebatan itu, hasil referendum di Skotlandia merupakan cerminan, ungkapan kehendak umum, kehendak rakyat. Bukankah dalam sistem demokrasi, kedaulatan rakyat berada di tangan rakyat? Dalam arti yang lebih luas, demokrasi dimengerti sebagai cara-cara pengorganisasian kehidupan bersama yang paling mencerminkan kehendak umum dengan tekanan pada peran serta, perwakilan, dan tanggung jawab.

Referendum di Skotlandia yang berlangsung aman dan damai, serta hasilnya dihormati semua pihak, menjadi catatan penting dalam penyelesaian sebuah perbedaan politik, perbedaan kepentingan, perbedaan kehendak, bahkan perbedaan ideologi dalam sebuah negara demokrasi. Perbedaan-perbedaan seperti itu tidak hanya harus diselesaikan lewat senjata, lewat ledakan bom, lewat pemberontakan, lewat intimidasi, dan segala tindakan yang merobek-robek persatuan dan kesatuan, serta perdamaian, tetapi lewat jalan damai, secara konstitusional. Kita telah melihat banyak negara yang terkoyak, dan memilih penyelesaian lewat jalan pedang, dan akibatnya sungguh tak terperikan: melayangnya banyak nyawa.

Pada akhirnya, hidup dan berjalannya sistem demokrasi menuntut kedewasaan politik semua pihak, semua pemangku kepentingan, dan para elite politik terutama. Kedewasaan untuk menerima kekalahan dengan penuh ketulusan, legawa, tidak menyimpan dendam, dan kemudian bersedia untuk bersama-sama membangun negeri; sementara yang menang pun dituntut untuk mampu mengendalikan diri, tidak jemawa, dan dituntut untuk melayani mereka yang saat pemilu, saat referendum, tidak mendukungnya.

Jalan demokrasi adalah jalan damai.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008985390
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger