Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 24 September 2014

TAJUK RENCANA: Keganasan Perang dan Pengungsi (Kompas)

Membanjirnya pengungsi Suriah ke negara-negara tetangga, termasuk Turki, menegaskan semakin memburuknya situasi di negara itu.
Kemarin diberitakan, dalam tempo tiga hari sebanyak 130.000 pengungsi dari Suriah masuk ke Turki. Mereka tidak hanya menjadi korban perang saudara berbau sektarian, yang pecah sejak tiga tahun terakhir, tetapi juga menjadi korban amuk kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).

Sepak terjang kelompok militan NIIS, yang menguasai wilayah Irak bagian utara dan Suriah bagian timur, semakin membabi buta. Mereka menyerang siapa pun, kelompok apa pun, termasuk kelompok etnis, yang dianggap berbeda, yang tidak seideologi. Kelompok-kelompok etnis minoritas, seperti Kurdi dan Yazidi, para pengikut agama minoritas, termasuk Kristen, menjadi sasaran mereka. Mereka membunuh siapa pun yang ingin dibunuh.

Kita melihat bahwa sepak terjang kelompok NIIS itu telah semakin memperburuk situasi dan kondisi Suriah (juga Irak) yang belum mampu menyelesaikan perang saudara. Suriah, memang, terjerumus dalam jurang perang saudara, perang sektarian berkepanjangan, sebagai kelanjutan dari Revolusi Musim Semi 2011.

Perang itulah yang telah melahirkan ribuan pengungsi. Tidak hanya Turki yang kebanjiran pengungsi, tetapi negara-negara tetangga lainnya, seperti Lebanon dan Jordania, juga kebanjiran. Sebagian besar pengungsi adalah kaum perempuan, anak-anak, dan orang tua.

Berdasarkan data UNHCR tahun lalu, lebih dari 1,1 juta anak Suriah menjadi pengungsi. Mereka terpisah dari orangtuanya, baik karena orangtua mereka tewas karena peperangan maupun tetap tinggal di Suriah dan mengirim anak-anaknya mengungsi. Di Lebanon dan Jordania, misalnya, lebih dari 3.700 pengungsi anak-anak hidup tanpa orangtua.

Mereka hidup dalam kondisi yang serba kekurangan di kamp-kamp pengungsian; menderita baik secara fisik maupun psikologis. Trauma keganasan perang membayangi hidup mereka. Inilah anak-anak yang masa depannya tertutup awan hitam.

Inilah hasil keganasan perang. Fakta ini semestinya menyentuh rasa kemanusiaan dan solidaritas universal. Dan pada ujungnya mampu menggerakkan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi yang sekarang tentu sangat memberatkan negara-negara penampung.

Memang, dunia—termasuk Indonesia, tentu—mesti bergerak untuk menghentikan sumber mengalirnya banjir pengungsi dari Suriah dan tentu juga dari Irak dan negara-negara yang dilanda konflik. Tekad puluhan negara membantu Baghdad untuk menghadapi NIIS, misalnya, adalah langkah konkret untuk menghentikan mata air sumber bencana kemanusiaan sekarang ini.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009058941
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger