Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 26 September 2014

TAJUK RENCANA: Mengatasi Kemiskinan (Kompas)

SELAMBATNYA penurunan kemiskinan dan melebarnya ketimpangan kemakmuran jadi tantangan Indonesia selain kerentanan pada krisis global.
Dalam konferensi Bank Dunia di Jakarta, Selasa (23/9), isu tersebut diangkat Wakil Presiden Boediono dan Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A Chaves. Apabila tidak segera diatasi, akan menimbulkan gejolak sosial dan mengurangi capaian pembangunan selama ini.

Kemiskinan memang turun terus, tetapi penurunannya melambat. Pada periode 2012-2013 tingkat penurunannya bahkan yang terkecil dalam satu dekade terakhir, yaitu hanya 0,7 persen.

Tantangan lain adalah melebarnya ketimpangan. Koefisien gini yang mengukur ketimpangan konsumsi meningkat dari 0,3 pada tahun 2000 menjadi 0,41 pada tahun 2013. Ketimpangan ini juga terjadi antarprovinsi serta antara desa dan kota.

Indonesia juga mengalami kesenjangan ekonomi sangat tajam antarwilayah. Jawa pada tahun 2010 menyumbang 58,7 persen pada ekonomi Indonesia. Keadaan ini tidak banyak berubah sampai kini. Ketidakmerataan pembangunan dan distribusi penduduk menjadi salah satu penyebab ketimpangan ini.

Kesenjangan tajam antarsektor juga tajam. Dr Ir Noer Azam Achsani saat pengukuhan sebagai guru besar di Institut Pertanian Bogor, Sabtu (20/9), memaparkan, kesenjangan terbesar ada di sektor pertanian yang menyumbang 14,3 persen terhadap ekonomi nasional, tetapi menampung 35 persen tenaga kerja pada periode 2004-2013.

Wapres Boediono menyebutkan sumber ketimpangan lain, yaitu penegakan hukum, berupa peraturan hukum yang belum baik dan ketidakpatuhan pada hukum. Keduanya menumbuhkan pemburu rente yang menyebabkan ketidakadilan dan ketimpangan.

Tantangan di atas terjadi dalam gejolak situasi global yang siklusnya memendek. Meski demikian, Indonesia membuktikan berhasil melalui berbagai krisis global sejak dekade 1980-an hingga krisis keuangan Asia pada 1997 yang menyebabkan ekonomi Indonesia terkontraksi -13,1 persen. Indonesia berhasil bangkit dan tumbuh, pada periode 2010-2013 rata-rata 6,2 persen.

Tantangan bagi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla ke depan tidak ringan. Keinginan menurunkan subsidi bahan bakar minyak (BBM) agar kemampuan pembiayaan pembangunan meningkat akan berdampak pada masyarakat miskin, kelompok nyaris miskin, dan yang berpendapatan tetap di lapisan bawah. Kenaikan harga BBM berakibat kenaikan harga kebutuhan pokok yang menggerus daya beli dan menambah jumlah orang miskin.

Karena itu, dengan perekonomian Indonesia membaik hingga akhir tahun dan dapat berlanjut hingga 2015, tugas penting pemerintah adalah memastikan tersedia lapangan kerja formal bagi lebih banyak orang serta akses yang adil pada pendidikan dan kesehatan berkualitas bagi semua.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009100552
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger