Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 09 Oktober 2014

TAJUK RENCANA: Babak Baru Penularan Ebola (Kompas)

PERKEMBANGAN ebola, penyakit berasal dari virus, memasuki babak baru. Penularan antarmanusia untuk pertama kali terjadi di luar Afrika.
Kasus penularan ebola tersebut terjadi di Madrid, Spanyol. Seorang perawat tertular setelah merawat dua misionaris Spanyol di Rumah Sakit La Paz-Carlos III di Madrid. Kedua misionaris itu akhirnya meninggal dunia.

Penularan ebola pertama di Eropa itu meningkatkan kewaspadaan otoritas kesehatan Uni Eropa. Pemerintah Spanyol diminta mengklarifikasi bagaimana penularan terjadi dari pasien kepada perawat. Penjelasan rinci dan terukur menjadi penting untuk menentukan prosedur penatalaksanaan penanganan pasien tertular ebola, apalagi Eropa memiliki standar penanganan penularan virus cukup baik.

Ebola sudah mengambil korban jiwa lebih dari 3.400 orang dan lebih banyak lagi yang terinfeksi, hampir semuanya di barat Afrika. Kecepatan penularan ebola—korban jiwa lebih dari dua kali lipat sejak Maret—membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjadikan penularan ebola sebagai kejadian luar biasa kesehatan internasional.

Virus ini ditemukan pertama kali di Republik Demokratik Kongo tahun 1976. Kasus pada manusia diduga diawali melalui penularan dari hewan terinfeksi, seperti kera, monyet, kelelawar buah, dan antelop hutan. Risiko pada manusia meningkat, antara lain, karena kegemaran masyarakat mengonsumsi kelelawar. Penularan antarmanusia terjadi melalui cairan tubuh.

WHO telah melakukan upaya mencegah meluasnya penularan. Antara lain, membuka peluang menggunakan vaksin meskipun belum melalui tahap uji coba terhadap manusia. Upaya lain, mencegah replikasi virus melalui pemberian obat anti virus.

Meski demikian, kekhawatiran utama adalah sifat virus yang mudah bermutasi. Semakin banyak penularan terjadi antarmanusia, semakin besar pula peluang virus bermutasi. Artinya, bukan tak mungkin penularan ebola antarmanusia semakin mudah. Hal ini seperti menjadi perlombaan dengan waktu untuk segera menemukan vaksin dan obat.

Meski demikian, Indonesia tetap perlu meningkatkan kapasitas penanganan penyakit menular virus mengingat perubahan iklim dan penduduk dunia semakin padat. Apalagi bepergian antarnegara juga mudah.

Upaya membuat rumah singgah di pelabuhan dan bandara untuk menapis mereka yang tertular ebola merupakan langkah awal. Langkah itu perlu diikuti pelatihan tenaga kesehatan, penyediaan peralatan dan ruang isolasi anti virus dengan tingkat keamanan tinggi, serta terus melakukan penelitian di bidang kesehatan, utamanya virologi. Hanya melalui sikap selalu siap menghadapi berbagai kemungkinan, pemerintah dapat melindungi rakyatnya.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009360492
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger