Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 07 Oktober 2014

TAJUK RENCANA: Pesan dari Dermaga Ujung (Kompas)

PESAN pertama yang muncul saat peringatan puncak HUT Ke-69 TNI adalah show of force alat utama sistem persenjataan.
Hal ini masuk akal mengingat jumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang ditampilkan pada acara yang puncaknya diadakan Selasa (7/10) di Dermaga Ujung, Surabaya, Jawa Timur, sangat banyak, yakni 526.

Selain jumlahnya, hadirin juga akan terkesan dengan jenisnya, yang mencakup alutsista matra darat, laut, dan udara. Dari sisi jenisnya, alutsista tersebut tergolong mutakhir, seperti pesawat latih lanjut/serang T-50 Golden Eagle, frigat ringan multiperan (MRLF) seperti KRI Bung Tomo, dan tank utama Leopard IIA4.

Bukan sekadar perangkat keras, dalam HUT TNI kali ini juga ditampilkan sumber daya insani tiga angkatan, yang jumlahnya mencapai 18.580 personel. Semuanya akan memperagakan sejumlah demo, seperti sailing pass, flying pass, demo serangan udara, perang anti kapal selam, dan operasi pembebasan sandera. Tampilnya Tim Aerobatik TNI AU Jupiter juga menambah kesan profesionalitas itu.

Setidaknya dalam kurun satu dekade terakhir, show of force kali ini adalah yang terbesar. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang akan segera mengakhiri masa baktinya pastilah punya kesan tersendiri, lebih-lebih saat ia memulai jabatannya sepuluh tahun silam, banyak musibah alutsista.

Meski mungkin secara postur, level alutsista yang ada sekarang belum melebihi postur TNI pada era Operasi Trikora dan masa Dwikora di paruh pertama dekade 1960-an, yang antara lain dilukiskan dengan "pujian" Angkatan Laut kita merupakan yang terkuat di belahan bumi selatan, yang dicapai selama kepemimpinan Presiden SBY patut kita apresiasi.

Namun, seperti kita singgung dalam tulisan mengenai alutsista di harian ini Senin kemarin, TNI menghadapi tantangan lain seiring dengan perubahan zaman. Sementara pembangunan kekuatan masih perlu kita lanjutkan, bahkan untuk mencapai level minimum essential force (MEF) sekalipun, yakni level yang yang membuat TNI kredibel sebagai kekuatan penggentar), ada jenis ancaman lain muncul dalam beberapa tahun terakhir.

Jenis ancaman baru yang dimaksud adalah makin menonjolnya perang informasi atau perang siber. Sering pula disebut-sebut perang generasi keempat yang berbeda dengan perang konvensional antarnegara. Pada era teknologi makin maju, perang juga semakin mengarah ke perang robotik.

Semua itu tentu membutuhkan pemantauan yang cermat dari pimpinan TNI. Kita berharap ke depan TNI tidak saja tumbuh menjadi kekuatan pertahanan yang kokoh, tetapi juga institusi yang visioner, tanggap akan perubahan zaman, dan sanggup memberikan kesejahteraan yang baik bagi prajuritnya.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009331089
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger