Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 06 Oktober 2014

TAJUK RENCANA: Semangat Kurban dan Politik Kita (Kompas)

HARI raya Idul Adha telah lewat. Namun, kita tidak ingin kehilangan momentum pesan hari besar ini ketika kita sedang menghadapi momen bersejarah.
Dalam khotbah Idul Fitri, kita diingatkan, keberhasilan puasa adalah ketika kita berhasil menjalankan amal dan kebaikan Ramadhan dalam kurun 11 bulan setelah bulan suci. Tentu hikmah hari raya Idul Kurban dapat kita resapi dengan semangat sama bahwa kebajikannya harus dipancarkan dalam kehidupan selanjutnya.

Hikmah kebajikan ibadah haji banyak diharapkan jemaah yang kini segera menuntaskan rangkaian ibadah di Tanah Suci. Menjadi haji mabrur yang diharapkan jemaah terwujud jika sekembali dari menunaikan ibadah, mereka bertransformasi menjadi insan yang lebih baik dalam ketakwaannya, sekaligus juga amalnya bagi sesama.

Sementara kita yang merayakannya di Tanah Air mendengarkan khatib menguraikan hikmah Idul Adha. Paling pokok agar kita terus memelihara semangat siap berkurban. Ibaratnya seperti daging hewan kurban yang dibagikan kepada saudara yang hidupnya berkekurangan. Perlu ada proses redistribusi harta dan kelebihan yang dinikmati kaum berkecukupan. Hidup jangan rakus, ingin menikmati semuanya untuk memuaskan diri sendiri.

Menikmati yang diperoleh bagi diri sendiri semata dalam konteks sosial kemasyarakatan, juga dalam politik, tidak akan menghasilkan takarub, atau saling mendekat, sebagaimana disinggung Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta Azyumardi Azra. Selain taqarrub ila Allah (mendekatkan diri kepada Allah SWT), dibutuhkan taqarrub ila an-nas (saling mendekat dan akrab di antara sesama manusia). Hikmah ini jelas terpancar dari ibadah kurban.

Sayangnya, sebagaimana diamati Azyumardi dan kita umumnya, taqarrub ila an-nas mengalami kemerosotan beberapa waktu terakhir. Silaturahim putus karena perbedaan politik. Hal ini tentu amat kita sayangkan.

Ketika hari ini berlangsung pemilihan pimpinan MPR, kita masih berharap ada semangat yang memancarkan keinginan untuk karib di antara sesama anak bangsa. Memang ada ungkapan the winner takes all, tetapi kita garis bawahi, kebersamaan membutuhkan keikhlasan untuk berbagi.

Bangsa kita menghadapi tantangan yang sama, yang perlu direspons bersama-sama pula. Manakala ada krisis pangan atau energi, yang menderita bukan saja hanya koalisi partai tertentu, melainkan seluruh anak bangsa.

Dalam konteks inilah, kita melihat relevansi semangat Idul Adha dalam menggalang kebersamaan, meneguhkan rasa senasib-sepenanggungan. Jangan sampai kita gagal menangkap semangat ini. Kalau kita gagal, tidak hanya akan berkurang berkah kurban yang kita berikan, tetapi juga gagal pula kita menangkap momentum emas untuk takarub dan bersatu padu dalam barisan yang kokoh untuk mengatasi persoalan mendesak serta membawa bangsa pada taraf kesejahteraan dan kemajuan lebih tinggi.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009308328
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger