Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 06 Oktober 2014

TAJUK RENCANA: Vietnam Bisa Bebas Membeli Senjata (Kompas)

PEMERINTAH Amerika Serikat, Kamis (2/10), mencabut sebagian dari embargo (larangan) penjualan senjata kepada Vietnam.
Perubahan kebijakan AS terhadap Vietnam itu diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Vietnam Pham Binh Minh di Washington DC, AS, setelah bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional Susan E Rice dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry. Pencabutan sebagian embargo itu akan meningkatkan kemampuan penjaga pantai Vietnam berpatroli dan menjaga keamanan di perairan Laut Tiongkok Selatan.

Kementerian Luar Negeri AS menegaskan, perubahan kebijakan itu diambil karena ada sedikit peningkatan dalam rekor hak asasi manusia Vietnam. Langkah AS tersebut dikritik keras oleh kelompok-kelompok pembela hak asasi manusia. Disebutkan, rekor Vietnam tentang tahanan politik buruk, dan semakin memburuk.

Analis menyebutkan, perubahan kebijakan terhadap Vietnam itu dikaitkan dengan keprihatinan AS terhadap meningkatnya kemampuan militer Tiongkok. Namun, apa pun alasannya, perubahan kebijakan AS tersebut kita hargai mengingat embargo penjualan senjata kepada Vietnam telah berlangsung sejak Perang Vietnam berakhir tahun 1975, hampir 40 tahun.

Bahkan, ketika AS dengan Vietnam menormalkan hubungan diplomatiknya hampir 20 tahun lalu, kebijakan embargo penjualan senjata kepada Vietnam sama sekali tak tersentuh. Rasanya, tingkatan hubungan antara AS dan Vietnam seharusnya sudah seperti hubungan antara AS dan negara-negara anggota ASEAN yang lain. Dan, dalam kaitan itulah, tepat jika AS kini mengubah kebijakannya terhadap Vietnam mengingat 40 tahun merupakan waktu yang lama.

Indonesia seharusnya ikut bergembira dengan pencabutan embargo penjualan senjata kepada Vietnam oleh AS. Hal itu karena Indonesia memiliki andil yang besar dalam mengupayakan tercapainya normalisasi hubungan AS dengan Vietnam, 11 Juli 1995. Adalah Menlu Mochtar Kusumaatmadja yang pada tahun 1984 membujuk Pemerintah Vietnam menyelesaikan masalah prajurit AS yang hilang di Vietnam, missing in action (MIA).

Pada saat itu, AS meminta penyelesaian masalah MIA sebagai syarat bagi normalisasi hubungan AS dengan Vietnam. Tugas Menlu Mochtar membujuk Vietnam untuk menyelesaikan masalah MIA tersebut tidak mudah karena militer AS memerangi rakyat Vietnam. Beruntung soal MIA itu akhirnya bisa diselesaikan dengan baik.

Dengan diakhirinya embargo AS terhadap Vietnam, diharapkan kapal-kapal penjaga pantai Vietnam nantinya dapat mengimbangi kapal-kapal penjaga Tiongkok di wilayah yang dipersengketakan di perairan Laut Tiongkok Selatan.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009311469
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger