Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 14 Oktober 2014

TAJUK RENCANA: Tugas Generasi Mendatang (Kompas)

PERNYATAAN Presiden Mesir tentang masa depan Palestina menegaskan betapa sulitnya mewujudkan perdamaian antara Israel dan Palestina.
Saat menyampaikan pidato dalam konferensi penggalangan dana untuk pembangunan kembali Gaza, akhir pekan lalu di Kairo, Mesir, Presiden Abdel Fattah el-Sisi mengatakan, resolusi konflik Israel dan Palestina adalah 'tugas generasi mendatang'. Sisi juga menekankan perlunya "pengakhiran yang adil dan komprehensif" atas konflik Israel dan Palestina.

Sangat bisa dipahami kalau pemimpin Mesir tersebut mengatakan hal itu. Masyarakat dunia sudah menyaksikan begitu banyak perundingan perdamaian yang digelar untuk pengakhiran konflik Israel dan Palestina, tetapi dapat dikatakan selalu menemui jalan buntu.

Perundingan perdamaian bahkan sudah digelar sejak tahun 1970-an sebagai usaha untuk mewujudkan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 242 Tahun 1967. Resolusi itu mengamanatkan agar Israel menarik mundur pasukannya ke garis sebelum pecah perang 1967. Yang lebih penting, adanya saling pengakuan kedaulatan, integritas wilayah, dan kemerdekaan di antara keduanya.

Pada tahun 1976 bahkan DK PBB secara tegas mengusulkan solusi dua negara. Namun, usulan solusi tersebut hingga kini belum terwujud. Dunia seperti disiram semangat pengharapan baru akan perdamaian ketika Israel dan Palestina bertemu di Oslo dan menandatangani kesepakatan perdamaian yang didasarkan pada amanat Resolusi DK PBB Nomor 242 dan 338 tentang masa depan Negara Palestina Merdeka.

Akan tetapi, harapan itu ternyata tinggal harapan. Negara Palestina Merdeka hingga kini belum terwujud. Karena, antara lain, kedua belah pihak belum bersepakat soal perbatasan, masalah pengungsi, dan juga status Jerusalem. Sejak itu sejumlah perundingan perdamaian dilakukan. Dan, terakhir perundingan menemui jalan buntu kembali (2010) sampai Agustus lalu Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengajukan proposal baru.

Yang kita saksikan adalah setiap kali tercapai kesepakatan, tak lama kemudian disusul konflik senjata. Konflik senjata terakhir, belum lama ini, berlangsung selama 51 hari antara Israel dan Hamas. Konflik terakhir ini menewaskan lebih dari 3.000 orang; menghancurkan dan merusakkan 100.000 rumah, 20.000 rumah di antaranya hancur lebur; serta 100.000 orang mengungsi.

Konflik Israel dan Palestina memang telah membuat semua pihak frustrasi. Karena, seakan konflik itu memang "dituliskan" tak akan ada ujungnya. Namun, usaha mencari perdamaian harus terus dilakukan oleh masyarakat dunia. Sebab, selama ada asa, pasti ada jalan keluar. Keteguhan dan kegigihan akan memberikan hasil, pada akhirnya, walau generasi mendatang yang akan mewujudkannya.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009455357
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger