Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 14 Oktober 2014

TAJUK RENCANA Asap? Aduh Mak Malunya (Kompas)

ALIH-alih makin pintar mengatasi masalah, Indonesia justru tampak makin kedodoran di sana-sini. Soal penanganan asap bisa jadi salah satu contoh.
Asap akibat kebakaran (atau pembakaran?) di Sumatera dan Kalimantan sudah jadi berita rutin sejak tahun 1997, hingga tahun ini tetap ada, dan cenderung makin parah.

Kita prihatin mengikuti pemberitaan tentang asap ini. Ada dua hal yang ingin kita sampaikan. Pertama, kebakaran hutan dan munculnya kabut asap hampir setiap tahun sejak 17 tahun silam menimbulkan kesan, klaim kita sebagai bangsa yang mengenal teknologi dan sebagai bangsa pembelajar hanya klaim kosong. Apa pun alasannya, tempo 17 tahun seharusnya lebih dari cukup, apakah secara teknologi atau secara tegas menegakkan aturan, untuk mencegah berulangnya kejadian yang berciri musibah lingkungan.

Udara panas bisa saja disalahkan sebagai biang keladi, tetapi banyak yang meyakini, asap muncul karena aktivitas pembukaan lahan dengan cara membakar hutan. Bahkan, kalaupun kejadiannya tidak murni sebagai akibat kebakaran hutan, ada sarana seperti pesawat pengebom air yang bisa digunakan membantu pemadaman. Lalu, kalau itu merupakan aktivitas pembakaran hutan yang ilegal, mengapa juga hukum tak sanggup menjangkaunya?

Hal kedua, mengapa setelah berulang selama 17 tahun dan terbukti kita tak sanggup mengatasinya, kita seperti tidak malu, ya, kepada tetangga? Malaysia dan Singapura sering mengeluh dan menderita akibat asap yang sering levelnya sudah melampaui ambang bahaya dan menyebabkan warganya dilanda sesak napas.

Dari sisi regional, sejak dipicu kejadian tahun 1997, di lingkungan ASEAN sudah ada Persetujuan Lintasbatas Polusi Asap yang disepakati tahun 2002. Namun Indonesia perlu menunggu 12 tahun—hingga September 2014—sebelum meratifikasi persetujuan ini, padahal banyak manfaat bisa dipetik. Dengan persetujuan itu, Indonesia bisa minta tolong kepada negara ASEAN untuk membantu pemadaman. Hanya saja, Indonesia harus mau terbuka, memberikan informasi, tentang asal-muasal asap.

Dari segi inilah Indonesia tak bisa mengelak dari fakta sebenarnya menyangkut aktivitas penyebab timbulnya asap. Selain tak bisa menghindar dari keterbukaan, kita juga harus menelan malu karena bangsa besar ini tak memiliki kesanggupan untuk mengelola lingkungannya sendiri.

Apakah kita sudah tak memiliki kepekaan atau rasa malu mengenai hal itu? Mengenai asap yang telah mengganggu kesehatan warga, mencemari lingkungan, merusak ekosistem, dan mengganggu transportasi? Membiarkan masalah asap terus terjadi bertahun-tahun, selain mengganggu citra bangsa, pada gilirannya juga akan membebalkan kita, menjadi bangsa yang tidak peduli, tidak punya empati, dan ringkasnya bermental cuek bebek.

Kalau itu yang jadi pilihan kita, masuk akal kalau di berbagai bidang kehidupan lain kita mempraktikkan hal itu, seperti serabutan di jalan raya meski kecelakaan yang menelan korban jiwa terus terjadi.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009459996
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger