Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 21 November 2014

TAJUK RENCANA: Cari Solusi Permanen (Kompas)

BENTROKAN anggota TNI AD dengan anggota Brimob adalah cerita kelabu yang muncul dari Batam. Sebuah peristiwa yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Kita sebut cerita kelabu karena bentrokan antara anggota TNI dan Brimob sudah pernah terjadi pada September 2014. Tim Investigasi Gabungan TNI-Polri pada Selasa, 14 Oktober 2014, menyimpulkan penembakan terhadap empat tentara oleh oknum polisi di Kecamatan Sagulung, Batam, dipicu serbuan oknum prajurit Batalyon 134/Tuah Saksi ke Markas Brimob Polda Kepulauan Riau.

Sebulan kemudian, bentrokan prajurit Batalyon 134/Tuah Sakti ke Markas Brimob Polda Kepulauan Riau kembali terjadi. Wakil Gubernur Kepulauan Riau Soerya Respationo bahkan dilaporkan sempat terjebak di tengah bentrokan. Menurut Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Fuad Basya, seperti dikutip Kompas, Kamis, 20 November 2014, bentrokan terjadi diawali saling pandang, saling ejek, dan saling bentak yang kemudian memicu solidaritas korps. "Itu semacam kenakalan remaja saja," kata Fuad.

Kita tak ingin masalah bentrokan antara organisasi TNI dan Polri disederhanakan hanya sekadar kenakalan remaja prajurit muda. Jika benar gesekan terjadi semata kenakalan remaja, perlu dipertanyakan bagaimana pembinaan dan pola seleksi prajurit muda tersebut. Muncul juga pertanyaan bagaimana ketaatan prajurit muda itu kepada para komandan mereka. Organisasi TNI dan Polri yang diberikan hak oleh negara memegang senjata menuntut kedisiplinan, menuntut ketaatan pada komando!

Diperlukan investigasi menyeluruh terhadap bentrokan di Batam pada Rabu, 19 November 2014. Apakah bentrokan kedua terjadi akibat hasil investigasi gabungan pada bentrokan pertama yang belum memberikan rasa keadilan pada prajurit TNI dan Polri. Ataukah karena persaingan kedua institusi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan prajurit. Secara jujur harus diakui kesejahteraan prajurit masih kurang sehingga ada prajurit yang berupaya mencari tambahan penghasilan.

Bentrokan antara TNI dan Polri yang kerap terjadi jelas memberikan gambaran buram terhadap kedua institusi itu. TNI dan Polri adalah pengayom masyarakat sehingga tak sepatutnya terjadi bentrokan di antara mereka. Bentrokan itu tidak memberikan contoh yang baik bagaimana hukum harus ditegakkan. Bahkan, terasa ironis karena seperti diberitakan media, bentrokan baru berhenti atas bantuan masyarakat. Lalu di mana peran komandan?

Melalui penelitian menyeluruh, kita berharap ada solusi permanen mengatasi bentrokan kedua institusi tersebut. Perlu ada pertemuan tingkat tinggi antara Kepala Polri Jenderal (Pol) Sutarman dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko serta KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo untuk membicarakan gesekan yang kerap terjadi. Presiden Joko Widodo harus mendorong semua pihak untuk menemukan solusi permanen dan menjadikan bentrokan Batam sebagai bentrokan terakhir.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010215322
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger