Setiap kali tiba musim hujan, warga Jakarta berharap banjir tidak singgah di Ibu Kota. Namun, Senin lalu genangan air menyentuh bibir Istana Kepresidenan, Monumen Nasional, dan Balai Kota Jakarta meskipun kawasan tersebut mendapat penjagaan utama dari banjir.

Satu orang meninggal karena hanyut di Jakarta dan jatuh satu korban jiwa di Bekasi karena tersengat listrik.

Kerugian karena banjir diperkirakan Rp 1,5 triliun. Yang kadang luput dihitung, produktivitas turun akibat pekerja tidak dapat tiba di kantor, sejumlah kantor tutup, dan siswa tidak dapat menuju gedung sekolah.

Gubernur Basuki Tjahaja Purnama meminta maaf kepada warga DKI Jakarta karena belum dapat menyelesaikan masalah banjir.

Berbeda dari biasa, yaitu banjir karena hujan lebat di kawasan Puncak dan Bogor, banjir Senin lalu karena hujan di wilayah Jakarta sejak dini hari hingga malam.

Berbagai upaya mengatasi banjir dilakukan setiap gubernur Jakarta, termasuk Gubernur Basuki. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menormalisasi aliran sungai dengan memindahkan penduduk dari bantaran sungai, mengeruk dan membersihkan sungai dari sampah, mengembalikan fungsi waduk, memperbaiki saluran air makro hingga mikro, serta memaksimalkan pemakaian pompa air.

Beberapa upaya membuahkan hasil. Genangan di jalan protokol cepat surut begitu pompa air difungsikan. Namun, luasnya banjir dan belum surutnya genangan di beberapa tempat pada Selasa memperlihatkan perlu upaya lebih cepat dan mendasar mengatasi banjir Jakarta ke depan.

Letak geografis Jakarta yang sebagian lebih rendah daripada tinggi muka air laut pasang menyebabkan kota ini rawan banjir akibat hujan dan pasang rob. Permukaan ta- nah Jakarta juga terus turun karena jenis tanahnya tergolong muda. Itu ditambah penyedotan air tanah dalam dan pembangunan masif di kawasan utara, barat, dan pusat.

Banjir tidak dapat dilepaskan dari pembangunan di Jakarta dan sekitarnya. Jabodetabek tumbuh menjadi megapolitan tak beraturan. Banyak rencana tata kota berubah karena kepentingan bisnis berkelindan dengan oknum aparat. Daerah resapan air pun berubah menjadi perumahan, kawasan bisnis, atau apartemen. Lebar sungai menyempit karena di tepinya berdiri bangunan berizin.

Untuk menghindari banjir berikut, Pemprov DKI Jakarta perlu bekerja simultan. Mulai dari ikut mengupayakan perbaikan daerah aliran sungai di hulu, memperbaiki seluruh jaringan saluran air Jakarta, hingga mengawasi tata ruang, mengendalikan pembangunan, dan memenuhi semua syarat teknis pembangunan. Tanpa disiplin kerja dan pengawasan tegas, berbagai upaya mengatasi banjir yang mahal biayanya tidak akan berhasil.

Sumber: ‎http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000011932319