Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 03 Februari 2015

TAJUK RENCANA: Inspirasi Balon Trans-Pasifik

Prestasi selalu mengundang kekaguman dan juga inspirasi. Hal ini terjadi saat membaca pemecahan rekor penerbangan balon gas di Samudra Pasifik.

Seperti kita baca kemarin, dua balonis yang menerbangkan balon gas Dua Rajawali (Two Eagles), Troy Bradley (50) dari Amerika Serikat dan Leonid Tiukhtyaev (59) dari Rusia, berhasil menjelajah Samudra Pasifik selama 6 hari, 16 jam, dan 38 menit, menempuh jarak 10.696 kilometer.

Two Eagles memulai penjelajahan dari Saga di Jepang selatan, Minggu (25/1), dan mendarat di perairan Meksiko, Sabtu (31/1). Two Eagles memecahkan rekor dunia jarak tempuh sebelumnya, 8.383 kilometer tahun 1981.

Kita ingin menggali inspirasi dari kisah penerbangan Bradley dan Tiukhtyaev ini. Pertama, kita kagum terhadap kemajuan teknologi yang memungkinkan manusia membuat balon yang bisa terbang tinggi dengan durasi lama dan menempuh jarak jauh. Two Eagles dilaporkan dibuat dari Kevlar yang sangat kuat dan serat karbon komposit, dan beratnya hanya 100 kilogram. Balon juga didesain khusus agar bisa memuat helium dalam jumlah besar dan bisa terbang selama 10 hari.

Hal kedua yang bisa kita catat adalah, demi penjelajahan—mungkin bisa disebut sebagai petualangan—kedua balonis mampu bertahan dalam ruang sempit dengan plafon rendah selama sepekan.

Dalam sejarah kemajuan peradaban manusia, katakan mulai dari pengembaraan Columbus sampai ke Benua Amerika hingga penerbangan keliling dunia Jeanna Yeager dan Dick Rutan pada Desember 1986 dengan pesawat Voyager tanpa henti dan tanpa isi bahan bakar, dan terakhir penerbangan trans-Pasifik dengan balon, manusia rela menghadapi berbagai kesukaran ekstrem.

Sebagian mungkin bertanya, untuk apa hal yang membahayakan tersebut dilakukan? Sebagian mungkin akan menjawab, itulah jiwa hakiki manusia yang selalu ingin menguji nyali, sebagian untuk tujuan perluasan ruang kehidupan (lebensraum), sebagian juga untuk meluaskan pasar, dan kini bisa untuk menguji teknologi, atau sekadar untuk menjawab tantangan.

Bangsa Indonesia di masa lalu juga telah memiliki jiwa penjelajahan. Dengan perahu pinisi atau lainnya, pelaut Nusantara bisa mencapai Afrika Selatan, dan di era modern mencapai Kanada. Kita tentu ingin melihat semangat seperti itu terus dipelihara, lebih-lebih ketika sekarang ini pemerintah mencanangkan era maritim.

Bangsa lain telah banyak berkontribusi dalam kemajuan peradaban. AS, Rusia, dan Tiongkok membuat kemajuan besar dalam penjelajahan antariksa. Sebagian untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, atau mencari peluang riset komersial dan atau pertahanan.

Apa pun motifnya, jiwa pemberani, hasrat untuk meluaskan cakrawala peradaban, juga amat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia.

Sumber: ‎http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000011789842 


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger