Ibu Negara AS (1993-2001) itu pernah mencalonkan diri sebagai presiden AS pada 2008, tetapi ia dikalahkan oleh Barack Obama dalam konvensi Partai Demokrat. Kali ini, ia langsung mendapatkan dukungan dari Obama. Popularitas Hillary, yang diangkat sebagai menteri luar negeri pada pemerintahan pertama Obama (2009-2013), menjadikannya nyaris tak tersaingi dalam meraih nominasi Partai Demokrat.
Pencalonan Hillary sebagai presiden AS menjadi menarik karena orang mulai berspekulasi tentang kemungkinan AS dipimpin oleh perempuan sebagai presiden. Jadi, setelah Barack Obama menjadi presiden kulit hitam yang pertama, selanjutnya Hillary Clinton sebagai presiden perempuan yang pertama.
Hillary mulai merintis langkahnya ke Gedung Putih dengan mengadakan perjalanan ke negara-negara bagian yang menjadi kunci utama dalam pemilihan presiden AS, seperti Iowa, Nevada, New Hampshire, South Carolina, dan New York. Ia mencoba menggalang dukungan dari warga Amerika biasa untuk membawanya ke kursi presiden.
Dalam pernyataan 3 menitnya di video, ia mengatakan, "Warga Amerika telah berjuang bangkit dari kesulitan ekonomi. Akan tetapi, kesempatan lebih terbuka bagi mereka yang berada di atas." Dalam kaitan itulah, Hillary menegaskan, ia ingin menjadi pemimpin dari warga Amerika biasa. Dalam perjalanan darat dari New York ke Iowa sejauh 1.600 kilometer, Senin (13/4), ia hanya menggunakan minivan sederhana.
Namun, jalan Hillary ke Gedung Putih tidak mudah. Kendati istri Presiden Bill Clinton (1993-2001) itu relatif bisa dikatakan bersih dari skandal, ia mudah dianggap sebagai "orang lama". Ia juga mudah dijadikan sasaran tembak atas kegagalan kebijakan Obama.
Perlawanan hebat datang dari Partai Republik. Ketua Partai Republik Reince Priebus mengatakan, mereka berupaya untuk mencitrakan Hillary sebagai orang yang tidak dapat dipercaya dan penuh kontroversi. Ia juga dituduh menerima donasi jutaan dollar AS dari pemerintahan asing lewat yayasan kemanusiaan milik keluarganya.
Pertanyaan berikutnya, adakah peluang bagi Partai Demokrat untuk menang kembali setelah Obama menjabat dua periode? Jika melihat rekor Partai Demokrat sebelumnya, yakni Bill Clinton (1993-2001), tidak bisa. Jimmy Carter yang hanya berkuasa satu periode pun tidak bisa.
Jika melihat hitung-hitungan di atas kertas, seharusnya presiden mendatang adalah jatah Partai Republik. Kecuali, jika rakyat AS menghendaki seorang perempuan sebagai presiden.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 April 2015, di halaman 6 dengan judul "Ada Peluang Perempuan Pimpin AS".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar