Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 14 April 2015

TAJUK RENCANA: Jabat Tangan Obama-Castro (Kompas)

Apa arti jabat tangan dan diskusi antara Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Kuba Raul Castro saat KTT Amerika di Panama, Sabtu lalu?

Inilah jabat tangan dan diskusi pertama yang dilakukan kedua pemimpin negara itu sejak tahun 1956. Karena itu, tidak berlebihan kalau peristiwa tersebut sebagai peristiwa bersejarah.

Secara simbolis, jabat tangan dan diskusi itu mengakhiri permusuhan selama lima dekade antara AS dan Kuba. Pertemuan antara Obama dan Castro seperti menyingkirkan puing-puing terakhir Perang Dingin. Perang antara Blok Barat yang dikomandani AS dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet.

Kuba mengingatkan akan peristiwa Teluk Babi (1961), yang nyaris memicu pecahnya Perang Dunia III. Gara-gara keterlibatan AS dalam usaha penggulingan pemerintah komunis Kuba pimpinan Fidel Castro, oleh kelompok paramiliter, Uni Soviet mengerahkan kekuatan militernya ke Kuba. Saat itulah, dunia di ambang Perang Dunia III.

Itu bagian dari sejarah, yang dalam pertemuan hari Sabtu hendak disimpan dalam almari besi; dilupakan. Sangat masuk akal karenanya, pertemuan antara Obama dan Castro—dalam KTT Negara-negara Amerika: Utara dan Selatan—melegakan, walau belum sepenuhnya, para pemimpin negara Amerika Selatan (Latin). Bahkan, termasuk Presiden Venezuela Nicolas Maduro, yang selama ini selalu mengkritik tajam AS, menanggapi positif pertemuan antara Obama dan Castro itu.

Sebelum pertemuan itu terwujud, Obama dan Castro dua kali berhubungan lewat telepon, Desember lalu. Mereka bersepakat untuk bertemu di Panama. Inilah, kalau boleh disebut, keberhasilan kebijakan luar negeri Obama dalam waktu akhir-akhir ini. Pertama, Obama berhasil meredakan hubungan tegang antara AS dan Iran, dan kini Obama menghidupkan lagi kontak dengan Kuba.

Memang, masih banyak persoalan yang mengganjal untuk pemulihan hubungan diplomatik kedua negara. Kuba tetap menuntut agar sanksi ekonomi terhadap dirinya oleh AS dicabut. Kuba juga menuntut agar Guantanamo dikembalikan padanya. AS masih menyoroti masalah pelanggaran HAM dan kebebasan di Kuba. Di dalam negeri AS, kebijakan Obama berbaikan kembali dengan Kuba juga mendapat tentangan dari Partai Republik.

Harus diakui pula bahwa memulihkan saling percaya setelah lebih dari 50 tahun tidak saling percaya bukan masalah mudah. Meski demikian, inilah langkah pembuka yang kita harapkan bisa memberikan andil bagi terciptanya perdamaian dunia. Jabatan tangan Obama sebenarnya tidak hanya menyentuh tangan Castro dan Kuba, tetapi juga menyentuh para pemimpin Latin lainnya. Ini barangkali keuntungan AS yang sudah lama kehilangan Amerika Latin.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 April 2015, di halaman 6 dengan judul "Jabat Tangan Obama-Castro".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger