Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 11 Mei 2015

NURANI TRANSPORTASI PENDUDUK JAKARTA (TEMI INDRIATI MIRANDA)

Pagi hari di hari kerja, Jakarta adalah neraka bagi karyawan dan pelajar. Jutaan sepeda motor, mobil, serta kendaraan umum tumpah melebihi batas di jalan raya. Adalah biasa mendengar orang mengumpat atau bertikai. Hati nurani, kesabaran, dan keramahan seakan tak ada.

Di sisi lain, ribuan pekerja yang berdesak-desakan di kereta commuter line masih berusaha saling membantu satu sama lain, misalnya membantu menarik atau mendorong penumpang lain agar tidak terjepit pintu. Demikian pula halnya di metromini, yang umumnya sadar membayar.

Tampaklah bahwa manusia cenderung memiliki toleransi tinggi ketika dalam satu ruang yang sama. Sebaliknya, para pengguna sepeda motor dan kendaraan pribadi lain ada keterbatasan interaksi walaupun merasa senasib. Mereka harus menjaga diri sendiri di jalan raya. Akibatnya, banyak yang lupa nilai-nilai untuk menjadi manusia yang lebih baik. Terciptanya kebudayaan baru dengan ukuran kepemilikan justru menciptakan manusia yang bersikap egosentris.

Untuk itu, saya mendukung kebijakan pemerintah yang memprioritaskan pembangunan transportasi berbasis transportasi massal yang aman dan nyaman. Hal ini tidak hanya akan memudahkan penduduk Jakarta bergerak, tetapi juga membantu memperbaiki kepekaan sosial mereka, termasuk dalam hal solidaritas dan hati nurani.

TEMI INDRIATI MIRANDA, PUSAT PENELITIAN KEPENDUDUKAN LIPI

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Mei 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat kepada Redaksi ".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger