Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 29 Juni 2015

TAJUK RENCANA: Mereka Memilih Cara Kekerasan (Kompas)

Mengapa kekerasan, di sejumlah wilayah, menjadi cara yang berkali-kali dipilih untuk memaksakan kehendak dan mewujudkan sebuah keinginan?

Bukan kali ini saja pertanyaan seperti itu kami ajukan dalam kolom pendek ini. Kali ini, pertanyaan tersebut kembali kami ajukan. Dan, seperti yang sudah-sudah, pertanyaan seperti itu seakan membentur tembok yang demikian tebal dan berdiri kokoh, atau seperti tembok karet yang mementalkan pertanyaan yang menabraknya.

Mengapa pertanyaan seperti yang mengawali ulasan singkat kembali kami ajukan? Kami tergerak oleh beberapa serangan, baik itu penembakan secara membabi buta sehingga lebih pas disebut sebagai pembantaian maupun serangan dengan menggunakan bom bunuh diri.

Di Kuwait, seorang pelaku bom bunuh diri beraksi di tengah umat Islam Syiah yang sedang shalat Jumat di Masjid Imam Al-Sadeq. Akibat serangan bom bunuh diri itu, sekurang-kurangnya 10 orang tewas dan sejumlah orang lainnya luka. Kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab melakukan aksi itu.

Pada hari yang sama di Suriah bagian utara, NIIS membantai 146 warga sipil. Sungguh di luar batas kemanusiaan, 120 orang di antaranya dibantai dalam tempo 24 jam. Aksi kekerasan serupa terjadi pula di Tunisia.

Kita tidak bisa mengerti, seperti pertanyaan yang mengawali ulasan pendek ini, mengapa cara-cara kekerasan yang mereka pilih? Membunuh orang yang tidak berdosa, apa pun alasannya, adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Apalagi yang mereka bunuh, misalnya di Suriah bagian utara, banyak di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, yang pasti tidak bersenjata.

Beberapa hari lalu, kita membaca laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang kejahatan perang yang dilakukan baik oleh Israel maupun kelompok bersenjata di Gaza, dalam perang tahun lalu. Kedua belah pihak ditunjuk telah melanggar hukum humaniter internasional. Itu pun mereka lakukan dalam sebuah peperangan.

Lalu, sebutan apa yang pantas diberikan kepada mereka yang membunuh sesama dalam kondisi damai, seperti yang terjadi di Kuwait? Jelas, tindakan tersebut lebih dari sekadar pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional, benar-benar tindakan yang tidak berkeadaban.

Kiranya, negara-negara pencinta damai, dunia pencinta damai, tidak bisa membiarkan tindakan-tindakan seperti itu terus dan terus terjadi, tanpa ada satu pihak pun yang berusaha atau bertekad menghentikannya. Bagaimana mungkin dunia ini menjadi damai kalau kita semua membiarkan tindakan kelompok yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya atau membiarkan kelompok yang selalu menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. Indonesia tidak boleh diam.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Juni 2015, di halaman 6 dengan judul "Mereka Memilih Cara Kekerasan".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger