Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 04 Juni 2015

TAJUK RENCANA: Momentum Reformasi FIFA (Kompas)

Pengunduran diri Sepp Blatter mengejutkan dunia. Bukan siapa yang akan menggantikan, melainkan ke mana FIFA dan sepak bola dunia juga ditunggu.

Sepp Blatter baru terpilih menjadi Presiden FIFA untuk periode kelima pada Jumat lalu. Dua hari sebelumnya, otoritas hukum Swiss dan Amerika Serikat menangkap 14 orang di sebuah hotel mewah di Swiss, tempat kongres FIFA berlangsung. Namun, penangkapan tidak menyurutkan Blatter untuk terus maju mencalonkan diri, hingga akhirnya terpilih.

Pengunduran diri Blatter empat hari setelah menang mutlak dalam pemilihan menyisakan tanda tanya. Mengapa dia harus pergi sekarang? Beragam dugaan muncul, antara lain Blatter mundur karena tekanan otoritas AS yang membidiknya dalam kasus korupsi.

Blatter memimpin FIFA selama 17 tahun, dan sebelumnya pernah menjadi Sekretaris Jenderal FIFA di bawah Joao Havelange sejak 1981. Selama berkuasa di FIFA, Blatter berhasil mengembangkan dan menjadikan sepak bola dunia sebagai industri yang sangat menarik.

Orang meragukan apakah pengunduran diri Blatter akan membawa perubahan signifikan di FIFA atau tidak! Bukan tidak mungkin, Blatter yang sudah 34 tahun berkuasa memiliki putra mahkota, seperti telah dilakukan Joao Havelange pada tahun 1998.

Blatter selama ini mendapat dukungan utama dari asosiasi sepak bola anggota FIFA di Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Karibia yang total berjumlah 135 suara. Berbekal dukungan ketiga benua ini, Blatter menolak mundur pada pemilihan Jumat lalu.

Pada pemilihan itu, Blatter mengalahkan Pangeran Ali bin al-Hussein dari Jordania dengan meraih 133 suara berbanding 73 suara. Kemenangan telak itu sempat membuat Blatter jemawa, dan pada pidato kemenangannya Blatter, antara lain, mengatakan, "Saya bertanggung jawab membawa kembali FIFA, bersama kalian kita akan melakukannya. Saya yakin."

Pengunduran diri Blatter baru efektif setelah FIFA memilih presiden baru dalam kongres luar biasa (KLB) yang akan digelar antara Desember 2015 dan Maret 2016. Dalam periode itu, Blatter tetap berkuasa, dibantu 8 wakil presiden dan 15 anggota komite eksekutif, sehingga sangat mungkin dalam waktu sembilan bulan itu Blatter mengonsolidasikan dukungan kepada orang yang disukai.

Namun, Domenico Scala dari Komite Audit dan Kepatuhan FIFA, yang bertanggung jawab melaksanakan KLB, menegaskan akan melaksanakan reformasi FIFA besar-besaran di tubuh FIFA. Reformasi yang dijanjikan antara lain menyangkut batasan masa tugas Presiden FIFA dan gajinya yang selama ini tertutup.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Juni 2015, di halaman 6 dengan judul "Momentum Reformasi FIFA".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger