Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 02 Juli 2015

TAJUK RENCANA: Hercules dan Kesatuan Negara (Kompas)

Penerbangan selamanya akan punya arti khusus bagi Indonesia. Selain karena wilayah negaranya luas, juga karena tata wajah geografisnya kepulauan.

Pesawat terbang akan terus jadi sarana transportasi militer dan sipil yang tak tergantikan.

Kita, setiap kali ada musibah penerbangan—seperti halnya Hercules TNI AU yang jatuh di Medan, Selasa (30/6)—selalu merasa terpukul. Kita berbagi duka mendalam dengan keluarga awak pesawat dan penumpang pesawat C-130 A-1310 yang naas itu.

Sudah semestinya TNI AU segera melakukan penyelidikan mendalam atas musibah yang menimpa Hercules yang mengangkut 12 awak dan 101 penumpang ini. Sekali lagi, penyelidikan bukan untuk mencari pihak yang salah, melainkan untuk mencegah terulangnya musibah serupa.

Penerbangan Hercules dari Lanud Soewondo adalah tipikal penerbangan rutin yang dilakukan TNI AU, dikenal sebagai Penerbangan Angkutan Udara Militer (PAUM), untuk penugasan personel, pengiriman logistik, dan pelbagai keperluan lain. Operasi rutin ini secara praktis melaksanakan tugas yang diemban oleh TNI AU. Namun, pada sisi lain, ia juga merekatkan kesatuan kebangsaan. Melalui penerbangan rutin itulah negara hadir di wilayah-wilayahnya, memenuhi kebutuhannya, serta memperkuat pertahanan dan ketahanan.

Kita menaruh hormat pada misi-misi yang selama ini diemban oleh Hercules dan pesawat angkut lainnya.

Mengingat fungsi yang krusial, menjadi pekerjaan rumah kita untuk membangun armada pesawat angkut yang memadai jumlahnya serta andal pesawatnya.

Dalam hal ini, Hercules C-130 adalah pesawat yang andal. Meski militer yang paling banyak memetik manfaat dari pesawat ini, dunia sipil pun tidak sedikit menerima jasanya. Hercules banyak ditugaskan untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke wilayah konflik atau yang tertimpa bencana.

Menyadari fungsinya yang amat strategis itulah, kita membutuhkan pesawat seperti C-130, yang saat ini baru kita miliki tak lebih dari 20 pesawat. Selain Hercules, di dunia kini juga ada pesawat angkut baru yang sedang giat ditawarkan oleh Eropa, yakni A400M.

Kita masygul jika rencana modernisasi pesawat baru terlontar saat terjadi musibah. Bahkan, kita sebenarnya kecewa, bahwa sebagai negara yang sebenarnya kaya sumber daya, sejauh ini masih mengoperasikan pesawat buatan tahun 1960-an, yang berarti usianya sudah memasuki paruh abad.

Kita ingin menggarisbawahi bahwa sebagaimana pesawat tempur, pesawat angkut pun perlu segera kita mutakhirkan. Jika jet tempur diharapkan menimbulkan kegentaran pada musuh, pesawat angkut kita harapkan bisa terus memperkuat kesatuan bangsa karena ia rajin menyambangi sudut-sudut Republik, bahkan yang terpencil seperti Natuna dan Wamena.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Hercules dan Kesatuan Negara".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger