Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 25 Juli 2015

Tajuk Rencana: Kekuatan Lobi Yahudi di AS (Kompas)

Demonstrasi anti kesepakatan nuklir dengan Iran yang terjadi di New York, sekali lagi, menjelaskan tentang kekuatan lobi Yahudi.

Kesepakatan nuklir yang dicapai di Vienna antara Iran dan lima kuasa dunia—AS, Rusia, Tiongkok, Perancis, Inggris—plus Jerman memunculkan reaksi tidak hanya di Israel dan beberapa negara Arab, tetapi juga di dalam negeri AS. Yang menarik bukan soal sikap penentangan tersebut. Sebab, adalah soal yang sangat biasa di negara demokrasi seperti AS kebijakan pemerintah ditentang atau dikritik.

Namun, yang menarik adalah para demonstran secara terang-terangan mendukung sikap dan pendirian PM Israel Benjamin Netanyahu yang mengkritik kesepakatan Vienna itu. Mereka berpendapat bahwa kesepakatan tersebut mengancam Israel dan keamanan global. Sebab, kesepakatan hanya menunda Iran untuk memperkuat diri dengan senjata nuklir dan bukannya menghabisinya.

Munculnya dukungan terhadap Netanyahu menjelaskan tentang kekuatan lobi Yahudi di AS. John J Mearsheimer dan Stephen M Walt dalamThe Israel Lobby and US Foreign Policymenulis, lobi ini adalah sebuah koalisi tidak mengikat di antara perorangan dan organisasi-organisasi yang secara aktif bekerja memengaruhi kebijakan luar negeri AS ke arah yang pro Israel.

Meskipun mereka, lobi Yahudi itu, hanyalah sebuah kelompok dari orang Yahudi dan non-Yahudi yang terang-terangan mendukung Israel, pelan-pelan menjadi sebuah kelompok kepentingan yang paling kuat di AS. Dikatakan sangat kuat karena biasanya para calon pejabat tinggi memberikan perhatian luar biasa kepada kelompok ini. Bahkan politisi mana pun—entah Republik atau Demokrat serta Independen—yang menentang kebijakan-kebijakannya, peluangnya menjadi presiden kecil.

Kalau sekarang politisi Republik mendukung demonstrasi anti kesepakatan nuklir Iran, sangat bisa dipahami. Sebab, mereka tengah mengincar kursi kepresidenan yang tak lama lagi akan ditinggalkan Barack Obama.

Sulit untuk dihindarkan hal seperti itu, yakni berpengaruhnya atau bahkan dominasi kelompok-kelompok kepentingan terhadap proses politik, tidak terjadi. Mengapa? Sebab, AS adalah sebuah negara demokrasi yang menjamin kebebasan bersuara, berserikat, berpendapat, dan berkelompok. Semua kebebasan itu dilindungi oleh undang-undang. Karena itu, pengaruh kelompok kepentingan tidak bisa dielakkan. Di sini pun demikian.

Sekarang, memang, merupakan ujian bagi Obama. Apakah ia mampu meyakinkan Kongres—tidak perlu menggunakan hak vetonya—untuk mendukung kesepakatan nuklir dengan Iran atau tidak. Keberhasilan dan kegagalan Obama kali ini sedikit banyak akan berpengaruh dalam pemilu presiden mendatang. Dan, tentu berpengaruh pula terhadap hubungan AS dan Iran.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Kekuatan Lobi Yahudi di AS".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger