Ancaman kekerasan dan aksi teror diperkirakan tidak akan surut meski pemimpin Laskhar-e-Jhangvi (LeJ), Malik Ishak, dan belasan pengikutnya tewas dalam kontak senjata dengan aparat keamanan pada pekan ini. Belum terlihat Pakistan akan segera mampu melepaskan diri dari jeratan mata rantai kekerasan.
Tentu saja kasus tewasnya Ishak dipandang sebagai keberhasilan aparat keamanan dalam upaya menciptakan ketenteraman dan rasa aman. Sensasi atas kasus tewasnya Ishak tergolong tinggi, lebih-lebih karena pemimpin militan itu dan LeJ disebut-sebut sangat kejam.
Aparat keamanan Pakistan sering dibuat frustrasi dan kelelahan menghadapi ancaman LeJ pimpinan Ishak yang memiliki reputasi kekejaman luar biasa dalam berbagai aksi kekerasan. Amerika Serikat memasukkan LeJ sebagai organisasi teroris dunia. Begitu banyak aksi LeJ yang mengguncangkan, antara lain kasus serangan terhadap tim kriket Sri Lanka di Lahore, Pakistan timur, Maret 2009. Insiden menggemparkan itu tidak hanya mencederai enam pemain Sri Lanka, tetapi terutama karena menewaskan enam anggota polisi dan dua warga masyarakat.
Kiprah LeJ telah menciptakan kecemasan dan ketakutan luas karena berada di balik serangkaian serangan berdarah. Citranya sebagai organisasi berbahaya juga sangat mencolok karena menjadi bagian jaringan organisasi Al Qaeda dan berhubungan erat dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Organisasi militan ini akan tetap merepotkan pemerintah dan rakyat Pakistan jika tidak ada terobosan segera dalam bidang keamanan.
Kerepotan yang dihadapi Pakistan tidak hanya datang dari ancaman kekerasan LeJ, tetapi juga dari berbagai organisasi militan lain. Pakistan merupakan salah satu suaka bagi Al Qaeda dan gerilyawan Taliban yang tersingkir dari Afganistan tahun 2001. Kehadiran pelarian Taliban dan Al Qaeda sudah merepotkan Pakistan.
Persoalannya bertambah rumit karena Taliban dan Al Qaeda merekrut orang-orang lokal untuk merecoki Pemerintah Pakistan. Hampir tak terhindarkan pula, bermunculan organisasi militan yang berafiliasi dengan Taliban dan Al Qaeda. Pemerintah Pakistan sering kewalahan menghadapi ancaman kekerasan, penyerangan, pembunuhan, dan teror dari kalangan organisasi militan.
Persoalan keamanan bertambah kompleks karena Pakistan juga masih tegang dengan India dalam kasus persengketaan Kashmir. Sementara situasi kawasan tidak kondusif oleh dampak konflik Timur Tengah dan pergolakan NIIS. Bayangan suram terlihat jelas karena belum ada tanda-tanda Pakistan bisa melepaskan diri dari belenggu mata rantai dan spiral kekerasan.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Pakistan Terbelenggu Kekerasan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar