Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 08 Juli 2015

TAJUK RENCANA: Tunisia Mengambil Langkah Tepat (Kompas)

Keputusan Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi memberlakukan keadaan darurat setelah penembakan terhadap 38 wisatawan asing adalah tepat.

Kita katakan langkah tegas seperti itu memang harus segera diambil pemerintah untuk menyelamatkan negara. Tahun ini sudah dua kali aksi terorisme mengguncang stabilitas politik dan ekonomi Tunisia.

Pada Maret silam, dua lelaki bersenjata menembaki para pengunjung museum nasional di pusat kota Tunis, ibu kota Tunisia. Aksi brutal tersebut menewaskan 21 wisatawan. Akhir bulan lalu, 26 Juni, seorang lelaki bersenjata menembaki para wisatawan yang sedang mandi matahari di pinggir pantai Hotel Riu Imperial Marhaba, Sousse. Korban tewas akibat tindakan brutal itu 38 wisatawan asing dan 39 orang lainnya terluka.

Aksi terorisme di Sousse, sebuah kota pantai di selatan Tunis, tentu sangat memukul pemerintahan Essebsi, yang merupakan pemerintahan pertama hasil pemilu setelah Revolusi Musim Semi Arab. Tunisia adalah negara yang pertama-tama disapu Revolusi Musim Semi. Dari Tunisia, angin revolusi merembet ke Mesir, Libya, dan negara-negara di kawasan Timur Tengah.

Di antara negara-negara di Afrika Utara dan Timur Tengah yang disapu angin Revolusi Musim Semi, Tunisia dapat dikatakan yang paling stabil. Memang, setelah revolusi yang dipuncaki dengan mundurnya Presiden Zine al-Abidine Ben Ali, Tunisia sempat memasuki masa-masa sulit, pertarungan antarpartai, terutama ketika hendak menyusun konstitusi baru.

Akan tetapi, krisis politik tersebut dapat mereka atasi. Pada 26 Oktober 2014, untuk pertama kalinya setelah revolusi (2011), Tunisia menyelenggarakan pemilihan anggota parlemen. Lalu, pada 23 November 2014, mereka menyelenggarakan pemilihan presiden. Konstitusi baru pun yang menampung seluruh aspirasi rakyat mereka sepakati dan menegaskan bahwa Tunisia bukan negara agama, tetapi semua agama dihormati dan diberi hak hidup yang sama, ada kebebasan pers, ada kebebasan berpolitik, ada kesetaraan jender, dan ada kebebasan-kebebasan yang menjadi prasyarat bagi tegaknya demokrasi.

Dengan terciptanya stabilitas politik dan keamanan tersebut, Tunisia melangkah untuk menciptakan stabilitas ekonomi. Namun, aksi teror baik di museum nasional maupun di Sousse telah mencederai usaha tersebut. Memang, sedari awal, Pemerintah Tunisia menyadari ada masalah keamanan, terutama di wilayah yang berbatasan dengan Libya (sebelah timur) dan Aljazair (sebelah barat). Di sepanjang perbatasan tersebut banyak pengungsi dan beroperasi kelompok bersenjata.

Oleh karena itu, jawaban yang tepat terhadap situasi tersebut adalah meningkatkan operasi keamanan dan pemberlakuan keadaan darurat sampai semua tertangani.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Tunisia Mengambil Langkah Tepat"

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger