Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 08 Juli 2015

TAJUK RENCANA: Antisipasi Problem Bandara (Kompas)

Jika ada pelajaran yang kita petik dari insiden kebakaran di Bandara Soekarno-Hatta, maka itu adalah perlunya antisipasi menghadapi kondisi darurat.

Insiden di JW Sky Lounge di Terminal 2E itu terjadi Minggu (5/7) pagi, dan api yang dilaporkan mulai tepercik pukul 05.50 bisa dipadamkan pukul 07.30. Namun, dampak kejadiannya luar biasa. Calon penumpang berdesakan memenuhi Terminal 2. Mereka terpaksa menunggu dalam ketidakpastian, mengingat fasilitascheck-in lumpuh.

Adakalanya insiden terjadi. Namun, yang dipertanyakan adalah upaya antisipasi penanggulangannya. Ketika tidak ada masalah, latihan dan simulasi tetap perlu diadakan. Misalnya, jika bandara mati listrik, apa yang harus dilakukan agar layanan tidak terganggu sudah harus ada di manual. Ini akan banyak menolong manakala hal yang tak diinginkan terjadi. Simulasi, mitigasi, juga sudah umum untuk menghadapi bencana (alam).

Hanya saja, seperti kita baca di harian ini kemarin, pengelola dan pengguna fasilitas publik belum menghargai masalah keamanan dan keselamatan. Memperluas wacana untuk fasilitas publik lain selain bandara, praktisi manajemen penilaian risiko keamanan dan keselamatan Haryoko Wirjosoetomo menambahkan, masalah tersebut masih dianggap masalah sepele. Katanya, "Coba pertanyakan, berapa kali latihan penyelamatan di bandara, pasar, dan bus? Apakah ada latihan yang memadai? Bagaimana dengan pengguna dan masyarakat sekitar, apakah paham soal keselamatan dan keamanan?"

Boleh jadi ungkapan di atas terdengar pedas, tetapi kita pun berpandangan, lebih baik sakit di depan daripada berat menanggung di belakang. Penuturan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo bahwa instalasi listrik di Bandara Soekarno-Hatta belum diremajakan sejak beroperasi tahun 1987 menggarisbawahi perlu langkah segera memperbaiki kondisi. Adagium yang sering digunakan untuk mengingatkan pemerintah dan birokrasinya, yaknigouverner c'est prevoir (memerintah itu melihat lebih dahulu), kita rasa masih relevan dalam kaitan insiden kebakaran di Bandara Soekarno-Hatta.

Segi kemendesakan ada karena kurang dari dua pekan lagi kita menghadapi hari raya Idul Fitri, yang kesibukannya akan terjadi dalam hari-hari mendatang ini. Urgensi untuk mengambil langkah lebih saksama pun ada, mengingat bandara utama di Indonesia ini sebenarnya sudah kelebihan kapasitas, dirancang untuk menangani sekitar 20 juta penumpang, tetapi faktanya sudah menangani lebih dari 50 juta penumpang.

Tidak bisa lain, kewaspadaan dan kesaksamaanlah yang harus kita tingkatkan. Kesaksamaan tentang keamanan dan keselamatan ini bukan saja untuk bandara, melainkan juga untuk fasilitas publik lainnya, yang akan memikul beban berat. Kita tidak ingin pengguna jasa angkutan udara dan angkutan lain sengsara karena kita lengah.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Antisipasi Problem Bandara".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger