Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 04 Agustus 2015

AS dan Pengurangan Emisi Karbon


Setelah lama dikritik karena tidak konsisten dalam kebijakan perubahan iklim/pemanasan global, AS pekan ini mengubah haluan secara drastis.

Presiden Barack Obama dikabarkan mengeluarkan regulasi keras tentang lingkungan.

Sebagaimana dikabarkan International New York Times Senin (3/8), kebijakan AS ini ditujukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang memanaskan Bumi dari stasiun-stasiun pembangkit tenaga listriknya.

Jika aturan ini, yang merupakan usulan Badan Perlindungan Lingkungan AS (pertama kali tahun 2012), lolos dari hambatan legal, hal ini bisa jadi instrumen untuk menutup ratusan pembangkit tenaga listrik berbahan batubara, membekukan konstruksi pembangkit batubara baru, serta menciptakan pasar baru bagi produksi sumber energi angin, surya, dan sumber-sumber terbarukan lain.

Dari sisi politik, sebagian melihat, Presiden Obama ingin menjadikan kebijakan bidang energi yang terkait dengan upaya pemangkasan ancaman pemanasan global ini sebagai salah satu warisannya.

Menurut kebijakan baru ini, emisi AS akan dipangkas hingga 32 persen dari level tahun 2005 pada 2030.

Pada masa pemerintahan Presiden George W Bush, banyak sekali disuarakan tentangan. AS tidak mau begitu saja didikte untuk menurunkan emisi gas rumah kaca karena tuntutan itu dianggap tidak adil. AS menuntut agar terhadap negara berkembang lain, termasuk Tiongkok, juga diterapkan kebijakan serupa.

Kita tahu, waktu itu negara-negara berkembang yang baru tumbuh memprotes tuntutan tersebut. Itu karena pihak yang pertama-tama harus bertanggung jawab atas pemanasan global sekarang ini adalah negara-negara industri maju, khususnya AS, yang sudah lebih dari dua abad membakar bahan bakar fosil untuk industrinya. Tidak adil kalau bangsa yang baru saja merasakan enaknya punya pendingin udara atau lemari es harus bertanggung jawab.

Waktu itu Pemerintah AS berargumen, kalau AS dituntut menurunkan tingkat emisi karbonnya secara drastis, hal itu akan memukul perekonomiannya.

Kita berharap arah baru yang ditempuh Pemerintah AS dapat diwujudkan secara efektif dan berikutnya mendorong negara-negara lain untuk bergegas mengikuti langkah AS tersebut. Ini memang terdengar sebagai kampanye Obama sebelum konferensi tingkat tinggi PBB untuk perubahan iklim berlangsung Desember nanti di Paris.

Indonesia, yang juga diperhitungkan sebagai kekuatan ekonomi bertumbuh seperti halnya Tiongkok, India, Brasil, dan Afrika Selatan, sudah waktunya juga untuk bergerak lebih konkret dalam derap penanggulangan pemanasan global. Jangan sampai harga minyak yang turun menyurutkan tekad kita untuk mengembangkan dan memanfaatkan energi terbarukan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Agustus 2015, di halaman 6 dengan judul "AS dan Pengurangan Emisi Karbon".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger