Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 04 Agustus 2015

TAJUK RENCANA: Muktamar NU dan Muhammadiyah

Dua organisasi masyarakat Islam terbesar, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, menggelar muktamar di Jombang dan Makassar.

Nahdlatul Ulama (NU) lebih dahulu menggelar muktamar ke-33 pada 1-3 Agustus 2015, sementara Muktamar Ke-47 Muhammadiyah digelar 3-7 Agustus 2015. Usia dua organisasi ini lebih tua dibandingkan dengan usia Republik Indonesia. Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912 di Yogyakarta oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan, sedangkan NU didirikan KH Hasyim Asy'ari pada 31 Januari 1926. Kedua muktamar tahun 2015 dihadiri Presiden Joko Widodo.

Dengan jumlah umat besar, wajar jika masyarakat punya harapan besar kepada NU dan Muhammadiyah. Sejarah telah membuktikan, kedua organisasi itu telah mengawal perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Harapan serupa tentu masih ditumpukan kepada kedua organisasi di tengah situasi bangsa dan dunia yang menghadapi arus perubahan besar.

Waktu pelaksanaan kedua muktamar pada bulan Agustus itu juga mendapat momentum karena berlangsung menjelang peringatan Proklamasi Kemerdekaan Ke-70 Republik Indonesia. Momentum kemerdekaan adalah saat yang tepat untuk melihat di mana posisi Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Sejauh mana tujuan kemerdekaan sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 telah bisa dicapai oleh bangsa Indonesia. Dalam menjalankan peran historisnya, Muhammadiyah telah banyak bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial-ekonomi. Begitu juga dengan NU.

Menjelang peringatan kemerdekaan, saatnya kita semua melihat sejauh mana kualitas sumber daya manusia Indonesia. Mengapa kesenjangan sosial di Indonesia kian melebar. Mengapa dalam sistem politik demokrasi, korupsi justru terus saja merajalela dan eksploitasi sumber daya alam kurang memperhatikan daya dukungan lingkungan.

Melihat tantangan ke depan Indonesia, tema Muktamar Muhammadiyah "Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan" dan tema yang diusung NU menjadi relevan untuk menjawab tantangan bangsa tersebut. Muhammadiyah konsisten dengan langkah politiknya untuk menguji sejumlah undang-undang yang dianggap tidak sesuai dengan konstitusi ke Mahkamah Konstitusi.

Mencermati pemberitaan di media, dinamika terjadi dalam pelaksanaan muktamar tersebut. Dinamika organisasi itu wajar saja. Namun, kita tetap berharap dinamika dalam muktamar tidak akan mengesampaikan agenda besar muktamar untuk menghasilkan sumbangan pemikiran atau rekomendasi guna membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Membawa bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Sebagai ormas terbesar, NU dan Muhammadiyah mempunyai peran besar untuk menjadi perekat keberagaman kelompok dalam masyarakat Indonesia yang memang sejak dahulu majemuk.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Agustus 2015, di halaman 6 dengan judul "Muktamar NU dan Muhammadiyah".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger