Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 01 September 2015

Devaluasi Yuan dan Siaran TV//Iklan Penipuan tentang Ragunan//PON di Musim Libur Sekolah (Surat Pembaca)

Devaluasi Yuan dan Siaran TV

Kita bangsa Indonesia tak perlu takut ketika Tiongkok mendevaluasi yuan dengan maksud harga barang dari Tiongkok murah.

Ketakutan bahwa barang dari Tiongkok membanjiri pasar domestik Indonesia dan pesaing komoditas produksi dalam negeri mesti ditanggapi kritis. Sebagai negara berpenduduk 240 juta, Indonesia jadi tujuan pemasaran bagi Tiongkok, Jepang, Korsel, Taiwan, dan lain-lain. Januari-Juli 2015 Indonesia defisit perdagangan 8 miliar dollar AS dengan Tiongkok akibat impor barang konsumsi masyarakat.

Kini momentumnya menyegarkan optimisme. Di tengah persoalan ekonomi yang rumit, Presiden Jokowi menyempatkan diri mengundang redaksi televisi membahas muatan siaran yang tak mendidik, terlebih untuk generasi penerus. Iklan TV yang mempromosikan produk luar negeri telah berdampak menjerat bangsa kita jadi konsumen setia produk luar negeri, memperpuruk produksi dalam negeri.

Kementerian Pertanian diharapkan mempromosikan produk lokal, seperti jeruk pontianak, apel malang, belimbing, salak, durian, mangga, jambu, markisa, pisang, dan ratusan buah lokal lain yang tumbuh subur melimpah di seluruh daratan Nusantara. Promosi ini untuk membentuk nasionalisme dengan mengonsumsi produk lokal sekaligus menggairahkan petani menanam sekaligus memberi penghasilan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Terbayang di televisi, ada iklan Presiden Jokowi sedang makan mangga sehabis makan siang di Istana Negara, atau menteri sedang membeli sepatu buatan lokal, atau seorang menko sedang mencoba keripik kentang. Iklan dengan pesan singkat yang mudah diingat akan berdampak dahsyat terutama pada anak usia dini.

Devaluasi mata uang Tiongkok ibarat pedang bermata dua, bisa positif bisa negatif, bergantung pada bagaimana kita menyikapi. Sebuah aksi kecil telah dilakukan Presiden Jokowi, tinggal bagaimana para menteri menerjemahkan dalam program aksi agar berdampak besar kepada pembangunan nasional, yaitu pembangunan karakter bangsa yang mencintai produk nasional Indonesia.

MAJU HUTAJULU, JALAN MAYOR OKING JAYAATMADJA, PERUMAHAN CIRIUNG CEMERLANG, CIBINONG, BOGOR, JAWA BARAT


Iklan Penipuan tentang Ragunan

Sehubungan dengan iklan baris diKompas (8/8) tentang lowongan kerja di Ragunan, khususnya kebutuhan tenaga kerja bagian pemandu dan tiket, manajemen Taman Margasatwa Ragunan (TMR) perlu melakukan klarifikasi berikut.

Saat ini TMR belum membuka lowongan kerja untuk kebutuhan tenaga dimaksud. Apabila ada iklan tentang lowongan kerja melalui berbagai media cetak maupun elektronik, hal tersebut kami tengarai sebagai modus penipuan sehingga kami minta masyarakat tak terpengaruh dengan informasi itu.

Berdasarkan pangkalan data kepegawaian TMR, tidak ada pegawai/karyawati TMR bernama Ibu Hanafi. Apabila masyarakat memerlukan informasi tentang kepegawaian TMR, sila menghubungi Kantor Personalia Taman Margasatwa Ragunan pada telepon 021-78847109.

BAMBANG TRIANA, KEPALA KANTOR PENGELOLA TAMAN MARGASATWA RAGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA


PON di Musim Libur Sekolah

Pekan Olahraga Nasional (PON) akan kembali digelar tahun depan, menurut rencana 9-23 September 2016. Acara akbar ini akan diikuti kontingen berjumlah 20.000 orang, termasuk 8.500 atlet.

Banyak dari atlet ini yang masih berstatus pelajar/mahasiswa. Mereka harus minta izin absen dari sekolah/universitas. Memang setiap cabang olahraga mungkin hanya perlu waktu seminggu masa pertandingan, tetapi tetap saja atlet yang berpartisipasi akan perlu waktu lebih dari seminggu absen.

Mereka biasanya datang lebih awal untuk pelatihan akhir, pengenalan lapangan, mengikuti upacara pembukaan/penutupan, dan sebagainya. Diperkirakan peserta perlu izin 2-3 minggu.

Dengan pertimbangan pentingnya pendidikan dan banyaknya pelajar/mahasiswa yang terlibat, alangkah baik jika jadwal PON/pra-PON ataupun aktivitas sejenis yang melibatkan banyak pelajar dilakukan di musim libur sekolah/kuliah. Mohon usul ini dipertimbangkan. Masih cukup waktu mengubah jadwal.

THOMAS SUDARMA, JALAN PULAU NIRWANA, KEMBANGAN, JAKARTA BARAT

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 September 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger