Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 14 September 2015

PLN dan Sentilan Rizal Ramli//Bahasa Inggris Wakil Rakyat//Indonesia Bersatu//SMS Mengganggu Privasi Pelanggan (Surat pembaca Kompas)

PLN dan Sentilan Rizal Ramli

Kami menyambut baik sentilan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli terhadap PLN terkait penggunaan meteran prabayar yang sangat merugikan pelanggan.

Sentilan itu bagai siraman air dingin di atas kepala kami warga Kupang yang resah dengan tindakan PLN yang memaksa pelanggan menerima migrasi meteran pascabayar ke prabayar. Kami sudah bersurat kepada Dirut PLN, menanyakan kebijakan PLN Wilayah NTT itu, tetapi tak mendapat tanggapan. Kami sudah bersurat kepada Manajer PLN Wilayah NTT dan memprotes program penggantian yang memaksa itu, tetapi yang kami peroleh dari Manajer Area PLN Kupang adalah bahwa program itu merupakan kebijakan PLN Wilayah NTT yang didukung Pemprov NTT dan Pemkot Kupang.

Pemimpin PLN Kupang sangat bernafsu merealisasikan programnya sehingga mengabaikan etika dalam pelaksanaannya. Saya yang sedang berada di Jakarta sudah menyatakan ketidaksetujuan atas penggantian meteran di rumah saya di Kupang. Ternyata PLN tetap membongkar meteran kami dan diganti dengan meteran prabayar.

Kami mohon perhatian pemerintah pusat: menghentikan tindakan sepihak PLN ini dan memperhatikan keluhan warga yang sangat dirugikan program meteran prabayar ini, dan mengembalikan meteran pascabayar di rumah yang telah dibongkar paksa.

PAUL DOKO, JL JATI PALEM, PULO ASEM, JAKARTA TIMUR


Bahasa Inggris Wakil Rakyat

Saya kutip berita Kompas (5/9), "Trump memperkenalkan Setya sebagai Ketua DPR RI, orang kuat dan sangat berpengaruh, yang sengaja datang untuk menemui dirinya bersama rombongan. Kepada Setya, Trump bertanya, apakah Novanto menyukai dirinya. Setya pun menjawab ya".

Belakangan ini jumpa pers Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon dengan calon presiden AS Donald Trump jadi polemik. Bahkan, ada yang meminta kedua anggota DPR itu mundur.

Saya simak tayangan TV yang diputar berulang-ulang. Kentara sekali bahwa kuncinya pada saat ditanya "Apakah Indonesia menyukai dirinya?" Mestinya jawabannya, seperti kebanyakan pengamat harapkan, tak hanya Trump yang disukai, tetapi juga calon presiden lain.

Namun, karena di depan orang banyak dan mungkin saja kurang lancar berbahasa Inggris, kerap terjadi orang Indonesia—termasuk Ketua DPR—hanya bisa menjawab, "Yes, thank you very much." Itulah jawaban standar ketika orang Indonesia bertemu dengan orang asing.

Andai Ketua DPR lancar berbahasa Inggris dan beradu argumentasi dengan Trump di depan orang banyak seperti disaksikan di televisi, tentu akibatnya tidak seperti sekarang. Kerap terjadi, nasib bangsa dipertaruhkan di luar negeri karena kita kurang pandai berbahasa Inggris sehingga tak mahir bersilat lidah dan beradu argumentasi.

PAULUS MUJIRAN

SEMARANG


Indonesia Bersatu

Sebenarnya saya ingin sekali menjadi kompas bagi perjalanan Indonesia, tetapi kemampuan fisik dan intelektual saya tidak memungkinkan untuk, misalnya, menyembuhkan Indonesia dari penyakit korupsi. Kita harus berjalan bersama Komisi Pemberantasan Korupsi, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, dan seluruh rakyat Indonesia untuk menggarap pekerjaan besar ini.

AGUS SYAFAAT, JL RAMBUTAN BARAT, GROGOL PETAMBURAN, JAKARTA BARAT


SMS Mengganggu Privasi Pelanggan

Saya pengguna nomor XL yang akhir-akhir ini sering menerima SMS tak bermutu yang membujuk pelanggan masuk konten tertentu. Misalnya kiriman SMS dari 95969 mengenai video terbaru "Prilly". Saya sudah protes kepada CS 02158908230 dan diberi tahu bahwa nama perusahaannya: PT Lingua Asiatik.

Pertanyaan saya, apakah XL bekerja sama atau menjual nomor pelanggannya kepada pihak lain sehingga mengganggu privasi para pelanggannya? Apakah tidak ada pengawasan lagi dari Kementerian Kominfo terhadap kiriman-kiriman yang tidak bermutu ini? SMS itu tidak mengklasifikasi batas usia penerima dan bisa saja diterima anak SD atau anak SMP yang sudah menggunakan ponsel.

Ngeri, bangsa kita dijejali gosip dan video tak senonoh. Jangan- jangan PT Lingua Asiatik salah menerjemahkan pidato Presiden Joko Widodo mengenai "ekonomi kreatif".

BENNY B TJANDRASA, JL GEMPOL WETAN 163, BANDUNG

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 September 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger