Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 14 September 2015

Tajuk Rencana: Tetap Dambakan Haji Mabrur (kompas)

Musibah robohnya mesin derek (crane) di dekat Gerbang Al-Salam di Masjidil Haram, Jumat (11/9) petang, amat menyedihkan hati kita.

Dalam peristiwa itu diberitakan 107 orang meninggal,7 di antaranya berasal dari Indonesia, dan 238 orang luka-luka. Kita sampaikan dukacita yang mendalam kepada keluarga korban jemaah haji yang sedang khusyuk menunaikan ibadah. Kiranya Allah SWT memberikan surga bagi korban yang datang memenuhi panggilan-Nya.

Ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima sangat didambakan umat Islam. Meski diwajibkan bagi umat yang mampu, tidak sedikit dari yang tak mampu pun berusaha keras bisa melaksanakan ibadah ini. Impian untuk melihat kota suci Mekkah dan Madinah, melihat dan bertawaf memutari Kabah, dan wukuf di Arafah, hidup dalam setiap hati jemaah calon haji. Semua itu didasari oleh hasrat bertakwa kepada Allah SWT dan mendapatkan rida-Nya.

Di pihak lain disadari pula, ibadah haji tidaklah ringan. Berbeda dengan umrah yang bisa dilakukan kapan pun, ibadah haji tertentu waktunya dan ketat urutannya. Ini menuntut kondisi fisik dan mental prima. Perjalanan haji telah dipermudah dengan tersedianya angkutan udara yang efisien, tetapi tantangan lain terus menghadang.

Salah satunya cuaca. Selain panas terik dengan suhu di atas 40 derajat celsius, kini muncul cuaca ekstrem yang diduga ikut menyebabkan robohnya mesin derek. Jumat sore itu, panas terik berubah menjadi hujan lebat dengan angin kencang. Transisi musim ditambah fenomena cuaca ekstrem bisa jadi berperan dalam peristiwa itu.

Pada sisi lain, sejumlah kalangan juga menyampaikan catatan kritis terhadap Pemerintah Arab Saudi. Mengapa ketika ada pemusatan hampir 2 juta orang jemaah haji, mesin derek itu tidak dipinggirkan. Sekadar catatan, mesin ini ada di sekitar Masjidil Haram untuk proyek perluasan kompleks masjid sehingga setelah selesai masjid utama ini bisa mengakomodasi 2,2 juta orang jemaah haji.

Tentu, kita menghargai upaya Pemerintah Arab Saudi untuk meningkatkan layanan haji. Sejak musibah Mina (1990) yang menewaskan 1.426 anggota jemaah, sudah ada perbaikan, seperti membagi arus jemaah, meski tahun 2004 dan 2006 terjadi musibah yang menewaskan 200 lebih anggota jemaah setelah berdesak-desakan di Mina.

Kita berpandangan, penyelenggaraan ibadah tahunan yang melibatkan sekitar 2 juta orang bukan pekerjaan ringan. Di sinilah Arab Saudi yang menjadi tuan rumah dituntut untuk disiplin mempelajari semua segi penyelenggaraannya. Pemerintah harus teliti mempertimbangkan setiap sisi, misalnya memindahkan mesin derek ke tempat yang lebih aman ketika berlangsung ibadah haji.

Kepada jemaah kita berharap, puncak ibadah haji yang masih 10 hari ke depan hendaklah terus disambut dengan khusyuk menjalankan serangkaian ibadah. Tetaplah percaya dan berdoa kepada Allah sehingga setelah musibah ini ibadah tetap lancar. Kita berdoa, semoga jemaah bisa menuntaskan ibadah dan kembali sebagai haji mabrur.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 September 2015, di halaman 6 dengan judul "Tetap Dambakan Haji Mabrur".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger