Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 03 September 2015

TAJUK RENCANA: Mewujudkan Potensi Indonesia (Kompas)

Tak kurang dari Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde ikut meyakinkan, fundamental ekonomi Indonesia saat ini lebih baik.

Pernyataan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) tersebut saat berada di Jakarta menguatkan yang sudah disampaikan pemerintah, yaitu ekonomi Indonesia lebih baik dibandingkan dengan saat krisis keuangan Asia tahun 1997/1998.

Pengalaman dari krisis tahun 1997/1998 membuat Indonesia belajar banyak. Saat ini, neraca transaksi berjalan, meskipun tetap negatif, masih di dalam batas yang diizinkan undang-undang. Inflasi tetap terjaga walau hal itu juga menggambarkan lemahnya daya beli. Neraca perdagangan surplus selama tahun ini meski disebabkan penurunan impor yang mengindikasikan perlambatan kegiatan industri. Bank Indonesia (BI) memiliki cukup cadangan devisa untuk membiayai enam bulan impor.

Sektor perbankan yang menyebabkan ekonomi Indonesia memasuki krisis pada 1998, kini, jauh lebih siap. Otoritas Jasa Keuangan terus melakukan tes pada perbankan dengan berbagai skenario nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama dollar AS.

Di tengah rasa percaya diri pemerintah dan BI yang lebih baik, Lagarde juga mengingatkan agar Indonesia, termasuk negara-negara ekonomi bertumbuh cepat, tetap mewaspadai gejolak ekonomi global.

Perekonomian Tiongkok sedang menurun, dari pertumbuhan tertinggi 14 persen pada 2007 menjadi 5-7 persen tahun ini. Meski demikian, banyak pihak sepakat Tiongkok tidak dalam krisis. Perlambatan ekonomi Tiongkok membawa konsekuensi berkurangnya permintaan barang tambang, seperti batubara dan nikel. Padahal, Tiongkok negara tujuan utama ekspor barang tambang Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

Harian ini jauh hari menyebutkan, industri manufaktur tidak boleh terlambat dibangun. Setelah krisis keuangan Asia, praktis pertumbuhan industri dalam negeri mandek, bahkan cenderung menuju deindustrialisasi. Pemerintah telah menuju arah yang tepat. Misalnya, barang tambang harus diolah di dalam negeri agar mendapat nilai tambah dan membuka lapangan kerja. Pemerintah juga sudah memiliki rencana induk pembangunan industri nasional.

Resep yang ditawarkan Lagarde tidak baru, yaitu mengoptimalkan potensi. Banyak pihak di dalam negeri ataupun lembaga internasional, seperti Bank Dunia dan McKinsey Global Institute, menyebut potensi besar Indonesia. Tantangannya, mewujudkan potensi tersebut.

Potensi yang disebut adalah mengoptimalkan iklim investasi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur, integrasi perdagangan, dan membangun pertanian dari ladang, pengolahan, hingga sampai di tangan konsumen. Yang masih perlu dilakukan, menambah beberapa kebijakan yang tepat dan memastikan yang sudah diputuskan berjalan sesuai rencana.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 September 2015, di halaman 6 dengan judul "Mewujudkan Potensi Indonesia".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger