Mengapa negara dengan banyak pengalaman membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) kini perlu bantuan asing? Dalam lawatan ke Inggris, Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Menteri David Cameron menyaksikan penandatanganan kontrak kerja sama pembangunan PLTN di Hinkley Point C, Somerset, Inggris.
Jika mewujud, inilah PLTN pertama yang dibangun Inggris dalam 20 tahun terakhir. PLTN ini dapat menambah 7 persen pasokan bagi negara yang 19 persen kebutuhan listriknya dipasok oleh tenaga nuklir. Mengapa Tiongkok? Menurut BBC, itu karena alasan ekonomi.
Pertama, harus dikatakan, membangun PLTN sangat mahal, tergantung daya. Akan tetapi, untuk Hinkley Point, sekitar 24 miliar poundsterling (Rp 504 triliun). Hanya sedikit perusahaan yang mampu menyediakan dana sebesar itu. Bagi Inggris, proyek ini akan menciptakan 25.000 tenaga kerja selama konstruksi dan 900 orang setelah PLTN beroperasi dengan perkiraan umur 60 tahun.
Pakar politik energi Universitas Aberdeen, David Toke, kepada BBC mengatakan, sulit menentukan harga proyek (seperti PLTN) karena besarnya ketidakpastian lama konstruksi berlangsung. Lebih-lebih, tipe reaktor yang digunakan di Hinkley adalah reaktor bertekanan Eropa (EPR) yang, berdasarkan pengalaman, pembangunannya molor dan biayanya melewati anggaran.
Namun, Pemerintah Inggris merasa proyek dengan bantuan Tiongkok ini baik karena dana pemerintah bisa digunakan untuk keperluan lain, seperti membangun rumah sakit, sekolah, atau menurunkan pajak. Ketika ada kebutuhan dan EDF, perusahaan Perancis yang menangani proyek Hinkley, tak sanggup menanggung kebutuhan dana, kehadiran Tiongkok dianggap solusi.
Bagi Tiongkok, yang merupakan pembuat PLTN terbesar di dunia dan kini mengoperasikan 24 PLTN (serta sedang membangun 25 lainnya), hadir di Inggris merupakan berkah. Ini karena Tiongkok ingin mempromosikan teknologi nuklir mereka ke Barat. Kalau saja teknologi yang ditawarkan bisa lolos dari kriteria regulator Inggris, itu pasti akan jadi sarana promosi yang gemilang.
Dari pertimbangan bisnis atau pragmatis lain, semua tampak seperti solusi yang menguntungkan. Namun, tidak semua bisa menerima argumen itu. Mantan penasihat PM David Cameron, Steve Hilton, mengatakan, Tiongkok tidak dapat dipercaya. Negara ini nakal, seperti Rusia dan Iran.
Mungkin, Hilton terlampau idealis. Bagi Inggris, bekerja sama dengan Tiongkok itu penting dan bermanfaat.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Oktober 2015, di halaman 6 dengan judul "Tiongkok dan PLTN Inggris".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar