Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 05 November 2015

Tajuk Rencana: Mencari Solusi Kisruh Bola Nasional (Kompas)

Presiden Joko Widodo dan delegasi FIFA sepakat membentuk tim untuk menyelesaikan kisruh sepak bola yang sudah berjalan tujuh bulan ini.

Namun, ada perbedaan penafsiran antara Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga terkait pembentukan tim itu. Delegasi FIFA yang dipimpin Kohzo Tashima menyatakan, komite ad hoc yang akan dibentuk beranggotakan banyak kalangan, antara lain pemain, wasit, jurnalis sepak bola, dan pengurus PSSI.

Sementara itu, Deputi V Kemenpora Gatot S Dewa Broto menyatakan akan meminta arahan Presiden terkait keanggotaan tim. Namun, Gatot dapat memahami pernyataan pemimpin delegasi FIFA, Kohzo Tashima, tersebut.

Setelah bertemu delegasi FIFA, Presiden Joko Widodo mengatakan, FIFA senang bahwa Pemerintah Indonesia ingin mencari solusi terkait kisruh sepak bola nasional ini. "Kita ingin ada solusi dari kita dan dari mereka. Nantinya bagaimana, itu akan dibicarakan dengan tim Indonesia, FIFA, dan AFC," kata Presiden.

Perbedaan penafsiran itu dapat menjadi titik krusial baru penyelesaian kisruh ini. Apalagi, dalam pernyataan tertulisnya, FIFA mengakui kepemimpinan La Nyalla Mattalitti sebagai ketua umum hasil Kongres Surabaya. Padahal, Menpora Imam Nahrawi telah membekukan kepengurusan PSSI di bawah La Nyalla.

Kesepakatan soal keanggotaan tim kecil ini penting karena hal itu menjadi titik awal penyelesaian kisruh sepak bola kita. Ketika di titik awal belum ditemukan kesepakatan, semua pihak harus menahan diri untuk tidak membuat pernyataan yang dapat ditafsirkan berbeda oleh pihak masing-masing atau oleh publik.

Kemenpora perlu menjalin hubungan lebih intensif dengan FIFA untuk menyamakan persepsi soal pembentukan dan keanggotaan tim. Hanya dengan cara ini, pemerintah dapat "menitipkan" agenda bagaimana menyelesaikan masalah sepak bola kita.

Kesediaan Presiden Joko Widodo menerima delegasi FIFA, dan kesediaan FIFA mengirim delegasi hadir di Jakarta, dapat menjadi momentum agar masalah ini tidak berlarut-larut. Perbedaan penafsiran yang muncul tidak lantas menghilangkan niat baik FIFA atau pemerintah mencari solusi terbaik masalah ini.

Kita sama-sama menyaksikan pembekuan PSSI, yang berakibat keluarnya sanksi FIFA terhadap PSSI, membuat semua pemangku kepentingan sepak bola seperti kehilangan induk. Patut disayangkan jika masalah ini terus berlanjut karena yang rugi adalah kita sebagai bangsa.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 November 2015, di halaman 6 dengan judul "Mencari Solusi Kisruh Bola Nasional".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger