Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 20 November 2015

Tajuk Rencana: Tantangan Kompleks ASEAN (Kompas)

Ancaman terorisme dan Kemit- traan Trans-Pasifik hanyalah dua dari banyak hal yang mesti dibahas pada Konferensi Tingkat Tinggi Ke-27 ASEAN.

Konferensi tingkat tinggi (KTT) itu akan digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, 21-22 November 2015. Secara keseluruhan, pemimpin ASEAN akan mengikuti 10 KTT, termasuk ASEAN Plus Tiga dan KTT Asia Timur.

Tahun depan, ekonomi dunia diperkirakan tetap akan mengalami pelambatan. Tiongkok masih dibayangi lesunya ekspor dan Amerika Serikat masih belum berani memastikan kapan kenaikan suku bunga acuannya karena belum yakin dengan kondisi ekonomi di dalam negeri.

Selain dua hal tersebut, masalah Laut Tiongkok Selatan dan Semenanjung Korea juga diharapkan mendapat perhatian pada pertemuan ini. Dua masalah ini diyakini dapat mengganggu situasi keamanan kawasan.

Khusus masalah Laut Tiongkok Selatan, para pemimpin ASEAN harus mengubah cara diplomasi dari preventif menjadi diplomasi solusi. Munculnya klaim atas wilayah Kepulauan Spratly oleh Tiongkok dan beberapa negara anggota ASEAN tidak boleh dibiarkan berlarut-larut tanpa solusi.

Kesepakatan untuk menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan ekonomi terbuka tahun 2016 dihadapkan pada munculnya Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), di mana beberapa negara ASEAN tergabung di dalamnya. Singapura, Vietnam, dan Brunei sejak awal ikut dalam kemitraan ini.

Presiden Joko Widodo mengatakan, Indonesia ingin bergabung dengan TPP. Namun, keinginan itu mendapat tanggapan berbeda dari para pengamat. Intinya, keikutsertaan Indonesia dalam TPP harus didasarkan pada pertimbangan matang, tidak sekadar latah.

Selain itu, terorisme global seperti ditunjukkan dalam serangan di Paris, Perancis, yang menewaskan 134 orang juga terus mengancam kawasan ASEAN. Apalagi, selama ini, sebagian warga di Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia disebut-sebut sudah ikut dalam gerakan Negara Islam di Irak dan Suriah.

Keempat negara inilah yang selama ini selalu dikaitkan dengan terorisme. Akan tetapi, membiarkan keempat negara ini berjuang sendiri melawan terorisme juga tidak mungkin. Selain ketercukupan dana, kemampuan aparat di keempat negara tersebut untuk mengawasi seluruh wilayah perbatasan juga perlu diperkuat.

Itulah, antara lain, arti penting pertemuan tingkat tinggi ASEAN di Malaysia. Apalagi, para pemimpin ASEAN diharapkan pula mengadopsi 18 dokumen keluaran (outcome documents). Mereka juga akan menandatangani Konvensi ASEAN Melawan Perdagangan Manusia, yang di beberapa negara ASEAN masih kerap terjadi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 November 2015, di halaman 6 dengan judul "Tantangan Kompleks ASEAN".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger