Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 29 Desember 2015

Air PAM Tidak Mengalir//Lahan Gambut (Surat Pembaca Kompas)

Air PAM Tidak Mengalir

Kami konsumen air Palyja dengan nomor pelanggan 00085167, beralamat di Karang Anyar Raya 55 Blok C-41, Jakarta Pusat. Sejak Oktober 2015 air tidak mengalir. Hal ini sudah dilaporkan berulang-ulang, tetapi sampai surat ini ditulis tidak ada tindak lanjutnya.

Pengaduan via pusat panggilan 021-29979999 pada 7, 12, 15, dan 24 Oktober, serta pada 4 dan 26 November, selalu mendapat jawaban sama, bahwa pengaduan akan diteruskan kepada teknisi terkait. Meski keluhan juga sudah disampaikan langsung kepada Pak Haris selaku atasan di pusat panggilan, nyatanya sampai hari ini tidak ada satu teknisi pun yang datang dan air tetap tidak mengalir.

Kami selaku konsumen telah dirugikan. Maka, melalui surat pembaca ini, kami tidak hanya berharap ada tindakan nyata agar air kembali mengalir, tetapi juga ada upaya pihak manajemen Palyja untuk tanggap atas keluhan pelanggan.

HAIDIMAN KOSIM, SUNTER JAYA, JAKARTA UTARA

Lahan Gambut

Indonesia memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia, 14,9 juta hektar. Sebagian besar terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Hanya sebagian kecil di Jawa dan Sulawesi. Saya menulis ini untuk mengoreksi dan menambah informasi tulisan di Kompas (13-14/11) yang mengulas tragedi asap lahan gambut.

Gambut tropis adalah tanah organik, tersusun dari organ-organ tanaman berkayu yang telah mati, yang sedang mengalami proses pelapukan lambat karena dalam kondisi tergenang.

Jadi, gambut adalah rawa dan juga tanah organik yang berasal dari tumbuhan mati dan telah melapuk ratusan sampai ribuan tahun. Rata-rata jumlah air yang tersimpan dalam gambut 3-8 kali berat kering gambut. Karena itu jika dikeringkan, gambut sangat ringan. Bobot isi gambut tropis berkisar 0,07-0,09 g per cm3. Umur gambut tropis Indonesia berkisar 4.000-5.000 tahun.

Gambut didrainase atau dibuang airnya ketika dibuka untuk lahan pertanian. Tanaman kelapa sawit dan akasia sangat suka air, tetapi tidak akan tahan tergenang air dalam jangka panjang karena akar-akarnya pasti mati. Lapisan gambut yang tergenang menjadi anaerob atau kekurangan oksigen. Adapun lapisan di atas permukaan air tanah disebut lapisan aerob atau kaya oksigen. Baik kelapa sawit maupun akasia membutuhkan lapisan aerob.

Menurut hukum gravitasi, gambut kering yang ringan akan berada pada lapisan atas, atau mengapung di atas air. Dengan demikian, rongga-rongga atau porositas dalam gambut yang biasa berisi udara pada musim hujan akan diisi air. Apabila bara bertemu air, api akan padam. Itu sebabnya, setelah hujan lebat beberapa hari, kabut asap hilang atau kebakaran terhenti.

Kebakaran gambut disebut kebakaran bawah (underground fire), sering juga disebut pembaraan (smouldering fire). Ciri khas kebakaran gambut adalah tidak ada nyala api, tetapi berupa bara yang merambat secara perlahan. Kebakaran gambut termasuk kebakaran tidak sempurna, menghasilkan partikel-partikel arang yang mengganggu saluran pernapasan. Istilah jerebumenggambarkan asap yang berisi berbagai partikel arang dan abu yang bersifat sebagai polutan.

Kebakaran gambut selalu dimulai dari lapisan atas. Pertama, terjadi proses pemanasan dan pengeringan bahan bakar, karena itu timbul banyak asap. Kemudian terjadi pembaraan yang menghasilkan partikel-partikel arang. Jika temperatur lebih dari 4500 celsius dan waktu bakar lebih dari enam jam, sebagian gambut yang terbakar akan menjadi abu. Jadi, tidak masuk akal jika disebutkan kebakaran gambut berawal dari kebakaran pada kedalaman lebih dari 1 meter.

Ada kesalahan besar dalam konsep pengelolaan kubah gambut menurut karakteristik satuan hidrologis, yang terbagi atas zona budidaya dan konservasi hanya pada kubah gambut. Di alam, bentuk dan ukuran kubah gambut bervariasi dan tidak semua gambut memiliki kubah. Ada beberapa tipe gambut di Indonesia, yaitu gambut basin, pedalaman, kepulauan, dan pegunungan. Setiap tipe gambut tersebut memiliki karakter hidrologis dan sejarah pembentukan yang berbeda. Gambut hendaknya dikelola sebagai kesatuan bentang alam, yang berkaitan dengan sungai-sungai, tipe dan pola hujan serta daerah aliran sungai.

Dari sudut pandang konservasi, pembagian kubah gambut menjadi zona budidaya dan konservasi akan tidak efektif menyelamatkan keragaman hayati rawa gambut dan mengembalikan fungsi ekologis sebagai penyimpan air dan karbon.

Yang sebaiknya dilakukan pemerintah adalah mengevaluasi kembali perizinan korporasi pada lahan gambut, merumuskan aturan pengelolaan gambut berdasarkan bentang alam termasuk sifat-sifat hidrologisnya, dan memastikan kawasan gambut konservasi tidak dirambah dan tidak diubah peruntukannya.

GUSTI Z ANSHARI, GURU BESAR PADA ILMU TANAH DAN MAGISTER ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Desember 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger