Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 16 Januari 2016

TAJUK RENCANA: Kompak Lawan Teroris (Kompas)

Ekspresi kekompakan terlihat sangat jelas di kalangan pemerintah dan masyarakat dalam melawan aksi teror, Kamis lalu, di Jakarta.

Masyarakat mengapresiasi aparat kepolisian dan aparat keamanan lain dalam mengatasi aksi teror di Jakarta Pusat, Kamis siang lalu. Ketangkasan dan kecekatan personel kepolisian, ditambah dukungan personel TNI, menjadi bahan perbincangan luas di kalangan masyarakat.

Sungguh mengesankan pula bagaimana Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Panglima TNI, Kepala Polri, dan sejumlah petinggi negara lainnya tidak menunda-nunda waktu, cepat tampil di depan publik untuk mengendalikan keadaan.

Dampaknya sangat positif. Semula berbagai kalangan merasa tercekam, tetapi segera menenangkan diri, bahkan mampu melawan rasa takut, setelah Presiden, Wapres, dan para petinggi negara lainnya mengeluarkan pernyataan yang memberi sugesti kuat untuk tidak tunduk dan melawan ancaman terorisme.

Tidaklah mengherankan, aktivitas di Jakarta dan sekitarnya ataupun di seluruh negeri kembali berjalan normal, seperti terlihat pada Kamis malam dan Jumat. Kenyataan ini memperlihatkan, masyarakat luas percaya pada keseriusan pemerintah dan aparat keamanan dalam melawan ancaman bahaya terorisme.

Perlu dikemukakan pula, kekompakan dan kewaspadaan semakin diperlukan dalam menghadapi kemungkinan ancaman bahaya terorisme di masa-masa mendatang, yang diperkirakan akan tetap berat. Gerakan terorisme, yang menciptakan tragedi kemanusiaan, cepat merebak ke seluruh dunia, antara lain, sebagai dampak globalisasi.

Tidaklah berlebihan jika dikatakan terorisme merupakan fenomen global yang bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Praktis tidak ada wilayah yang aman dari kemungkinan serangan kaum teroris, yang cenderung beraksi tanpa memilih-milih sasaran.

Kewaspadaan menjadi sangat penting dalam mengantisipasi aksi kaum teroris yang menggunakan senjata semakin canggih. Paling dikhawatirkan tentu saja penggunaan metode serangan bom bunuh diri yang sulit diantisipasi. Tidak begitu jelas bagaimana proses indoktrinasinya, para pelaku bom bunuh diri terkesan memuja kematian lebih awal. Lebih mencengangkan lagi, para pelaku bom bunuh diri umumnya anak-anak muda.

Para pakar berpandangan, pelaku serangan bom bunuh diri umumnya menderita abnormalitas psikologis yang gagal mengontrol emosi, hati, dan pikiran. Kerawanan psikologis bertambah runyam jika berada di bawah tekanan sosial ekonomi dan ketidakadilan, yang memicu agresivitas sampai memuncak pada aksi teror, bahkan bunuh diri.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Januari 2016, di halaman 6 dengan judul "Kompak Lawan Teroris".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger