Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 03 Februari 2016

TAJUK RENCANA: Beban Besar di Pundak Suu Kyi (Kompas)

Pemilihan presiden baru Myanmar yang berlangsung April mendatang akan jadi ujian terbesar bagi tokoh pro demokrasi Aung San Suu Kyi.

Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpinnya meraih 80 persen suara dalam pemilihan umum Myanmar. Sebagai pemegang suara mayoritas, secara teoretis, dapat dikatakan NLD akan menjadi faktor penentu dalam pemilihan presiden yang akan dilakukan Parlemen Myanmar bulan April mendatang.

Senin (1/2), sebanyak 657 anggota Parlemen Myanmar dilantik dan diambil sumpahnya. Dari 664 kursi yang tersedia di Parlemen Myanmar, 360 kursi dikuasai NLD, 166 kursi dikuasai militer, 41 kursi dikuasai Partai Uni Solidaritas dan Pembangunan (USDP), 60 kursi partai- partai lain, dan 7 kursi dibatalkan. Dari 360 kursi NLD di Parlemen itu terbagi menjadi 135 kursi di Majelis Tinggi dan 225 kursi di Majelis Rendah. Adapun 166 kursi yang dikuasai militer itu terbagi menjadi 56 kursi di Majelis Tinggi dan 110 kursi di Majelis Rendah.

Proses pemilihan presiden diawali pada akhir Februari mendatang dengan pengajuan calon presiden dari Majelis Tinggi, Majelis Rendah, dan perwakilan militer. Langkah selanjutnya diadakan sidang gabungan yang akan memilih satu dari tiga calon presiden itu. Yang mendapatkan suara terbanyak akan terpilih menjadi presiden, sedangkan dua calon presiden lainnya akan menjadi wakil presiden.

Suu Kyi, sesuai Konstitusi Myanmar tahun 2008, tidak dapat dicalonkan sebagai presiden mengingat mendiang suami dan anak-anaknya adalah warga negara asing (Inggris). Sebagai pemimpin dari partai yang meraih 80 persen suara dalam pemilu, Suu Kyi akan memainkan peranan yang sangat penting. Hingga saat ini, Suu Kyi belum mengindikasikan siapa calon presiden yang akan diajukan NLD. Sementara masa jabatan Presiden Thein Sein akan berakhir bulan Maret mendatang.

Melihat posisi NLD yang mendominasi Majelis Tinggi dan Majelis Rendah dengan 55 persen kursi, tidak menutup kemungkinan dua majelis itu akan mengajukan calon presiden yang sama untuk berhadapan dengan calon presiden yang diajukan militer.

Beban besar berada di pundak Suu Kyi. Di satu sisi, rakyat Myanmar mengharapkan adanya perubahan setelah selama lebih dari 50 tahun, tepatnya 53 tahun, berada di bawah kekuasaan militer, tetapi di sisi lain aspirasi militer yang masih mencengkeram sangat kuat di negeri itu perlu diperhatikan dan diakomodasi.

Kita sangat berharap Aung San Suu Kyi mampu memilih orang yang tepat sebagai calon presiden, yakni orang yang berpikiran maju, pro rakyat, dan dapat diterima oleh militer. Kita tentunya tidak ingin pengalaman tahun 1990 terulang kembali, ketika militer mengambil alih kekuasaan dari tangan sipil, apa pun alasannya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Februari 2016, di halaman 6 dengan judul "Beban Besar di Pundak Suu Kyi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger