Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 06 Februari 2016

TAJUK RENCANA: Imlek dan Persatuan Bangsa (Kompas)

Persiapan perayaan tahun baru Imlek sudah terasa di banyak daerah di Tanah Air. Suasana kemeriahan dirasakan pula oleh masyarakat luas.

Selalu kita dengar—dan semestinya kita percayai serta yakini—bahwa keberagaman merupakan kekuatan bangsa Indonesia. Kita merasakan bahwa gerakan reformasi pada 1998 yang mengakhiri Orde Baru telah mempertegas keberagaman kita dalam banyak aspek: suku, agama, ras, dan golongan. Gerakan Reformasi telah pula membuka keran kebebasan bagi warga keturunan.

Sejarah kita mencatat, selama Orde Baru, perayaan tahun baru Imlek tidak diberi tempat. Akan tetapi, sejak era Reformasi, perayaan itu diberi tempat. Tidak sekadar diberi tempat, tetapi diberi tempat seluas-luasnya dan kebebasan. Bahkan, peran politik para warga Indonesia keturunan pun dibuka lebar-lebar. Dan, mereka menanggapinya dengan penuh antusiasme pula.

Untuk hal ini, kita pantas dan layak berterima kasih kepada KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), presiden keempat (1999-2001). Gus Dur-lah yang membuka keran itu. Bahkan, Gus Dur pula yang pada tahun 2001 menetapkan Imlek sebagai hari libur fakultatif. Kemudian pada 2003, oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, dinyatakan sebagai hari libur nasional.

Sungguh ini sebuah kemajuan besar dari bangsa Indonesia dalam hidup berbangsa-bernegara. Kita tidak bisa menutup mata bahwa peran kedua pemimpin itu sungguh besar dalam usaha merekatkan persatuan, dalam usaha menjadikan bangsa ini benar-bersatu, tidak hanya sebatas dalam ucapan, dalam pidato, dalam slogan-slogan, tetapi juga dalam praktik hidup sehari-hari.

Tentu, kita tidak boleh berhenti sampai di sini; "hanya" sampai pada perayaan tahun baru Imlek. Namun, pembukaan keran kebebasan membawa tanggung jawab yang harus dipikul juga oleh para warga keturunan, sama seperti warga negara lainnya. Mereka juga ditunggu sumbangannya, sumbangsihnya, kontribusinya, dan partisipasinya dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

Kini, bangsa Indonesia tengah berjuang keras untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, mempersempit jurang kesenjangan sosial, dan menggerakkan roda pembangunan. Masih banyak persoalan lain yang belum terselesaikan, termasuk persatuan dan kesatuan bangsa yang terus diusik.

Kita semua berharap bahwa perayaan tahun baru Imlek pada tahun ini akan semakin menggerakkan hati warga Indonesia keturunan untuk semakin bersemangat, bersungguh-sungguh terlibat dalam usaha mengatasi berbagai persoalan bangsa. Ini penting. Sebab, mereka bukan orang lain, melainkan bagian dari bangsa dan negara Indonesia.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Februari 2016, di halaman 6 dengan judul "Imlek dan Persatuan Bangsa".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger