Ancaman Korut dilontarkan menjelang latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan dimulai. Latihan militer gabungan berskala besar yang akan berlangsung hingga awal April serta melibatkan 315.000 tentara Korsel dan 17.000 tentara AS itu dianggap Korut sebagai latihan perang nuklir yang nyata-nyata ditujukan untuk melanggar kedaulatan Korut. Itu sebabnya, Korut mengancam akan melakukan serangan nuklir untuk melumpuhkan musuh sebelum menyerang.
Korsel menyatakan, latihan militer gabungan Korsel dan AS adalah latihan rutin yang diadakan setahun sekali, dan sama sekali tidak dimaksudkan untuk memprovokasi Korut. Namun, karena latihan militer itu dilangsungkan menyusul uji nuklir yang dilakukan Korut, Januari lalu, dan peluncuran rudal jarak jauh Korut, yang memicu munculnya sanksi keras PBB, menjadikan Korut bereaksi keras seperti itu.
Sesungguhnya, ancaman Korut untuk melancarkan serangan militer guna menanggapi latihan militer gabungan rutin Korsel dan AS adalah hal yang biasa, bahkan juga rutin. Namun, kali ini ancaman Korut itu ditanggapi berbeda karena melibatkan senjata nuklir. Apalagi, Korut telah menunjukkan bahwa mereka memiliki hulu ledak nuklir.
Serangan nuklir itu bisa sangat berbahaya sehingga harus sedapat mungkin dihindari. Jika senjata nuklir itu benar digunakan Korut, dan berhasil dicegat (diintersep) oleh Korsel atau AS, maka korbannya akan sangat banyak. Bukan hanya pada pihak musuh (Korsel dan AS), melainkan juga pada rakyat Korut sendiri. Itu sebabnya, Kementerian Luar Negeri AS menanggapi ancaman Korut untuk menggunakan senjata nuklir dengan serius, dan mendesak Korut menghentikan provokasi.
Bukan itu saja, Kementerian Luar Negeri Rusia pun menyatakan, "Kami menentang latihan militer gabungan Korsel dan AS yang memberi tekanan pada Korut, tetapi reaksi Pyongyang juga tidak dapat diterima." Kementerian Luar Negeri Tiongkok pun menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas latihan militer gabungan itu, dan meminta semua pihak bersikap tenang, menahan diri dalam melangsungkan latihan militer, dan tidak meningkatkan ketegangan.
Kita bersyukur setelah latihan militer gabungan itu dilangsungkan, Senin, tidak terjadi apa-apa. Kementerian Pertahanan Korsel mengungkapkan, tidak terlihat adanya peningkatan aktivitas militer di Korut.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul "Ancaman Korut dan Implikasinya".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar