Membaca Kompas Minggu, 28 Februari 2016, halaman 23, yang memuat pengumuman perpisahan rubrik Anak, saya dan keluarga sangat terharu karena selama ini sudah akrab dengan rubrik ini.
Saya tahu, itu sudah keputusan para pemimpin Kompas dan tentu sudah dengan berbagai pertimbangan. Akan tetapi, perkenankan saya berbagi cerita.
Saya sebagai orangtua juga senang dengan rubrik Anak. Rubrik Anak/Ruang Kita telah memberi kesempatan tiga kali karya anak kami, Agnes Widananti, dimuat di Ruang Kita ketika ia masih duduk di sekolah dasar. Kami bangga karena untuk dimuat di Kompas sungguh sulit mengingat pengirimnya pasti sangat banyak.
Maka, pada kesempatan ini, saya dan keluarga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Kompas atas kesempatan yang pernah diberikan untuk anak kami.
Sekadar usul, kalau pada setiap Jumat diKompas selalu ada halaman Kompas Muda yang memberi ruang untuk siswa SMA, bagaimana kalau pada hari lain juga dimunculkan Kompas Remaja yang menampung karya siswa usia sekolah menengah pertama?
WIYANA, SEMANU SELATAN RT 07 RW 42, SEMANU, GUNUNG KIDUL 55893
Catatan Redaksi:
Terima kasih atas apresiasi Anda. Sumbang saran Anda menjadi pertimbangan kami.
Dampak Akuisisi Telkomvision
Saya berlangganan Telkomvision sebagai penyedia layanan televisi berlangganan pada awal 2014. Masalah muncul ketika Telkomvision diakuisisi Transvision setahun kemudian.
Telkomvision memberi saya bonus tayangan seharga paket paling lengkap selama enam bulan sebagai kompensasi atas bonus kupon diskon senilai Rp 2 juta yang seharusnya saya dapatkan.
Selama menjadi pelanggan, sebenarnya saya puas: kualitas tayangan bagus, tidak pernah ada gangguan berarti, bahkan setiap saya bayar tagihan lebih awal selalu mendapat bonus tayangan paket lengkap beberapa hari.
Namun, beberapa waktu lalu, saya menerima pengumuman bahwa per 29 Februari 2016 pelanggan yang menggunakan teknologi lama untuk selanjutnya tidak bisa lagi menikmati tayangan seperti sebelumnya jika tidak memperbarui. Saya mencoba konfirmasi ke Telkom tempat saya pertama kali mendaftar, mereka menjawab tidak lagi memiliki kewenangan.
Karena belum ada kantor perwakilan Trans di kota saya, jalan satu-satunya adalah menghubungi pusat panggilan 1500060 yang tidak langsung terhubung.
Staf pusat panggilan mengatakan, daerah saya belum terjangkau teknisi mereka sehingga per 1 Maret saya tak lagi bisa menikmati layanan Transvision.
Saya sungguh kecewa mendapatkan jawaban itu. Sebagai konsumen, hak saya tidak dipenuhi dengan baik, padahal saat pembayaran terakhir, 12 Februari 2016, saya mendapatkan bonus tayangan paket lengkap selama 30 hari. Artinya, jika per 1 Maret 2016 tayangan dihentikan, hak saya itu sebenarnya masih tersisa 14 hari. Lagi-lagi konsumen men- jadi korban.
ENDAH BUDI ASTUTY, JL LABAN, GG BUAH CLUSTER, CILACAP, JAWA TENGAH
Janji Kondotel
Saya selaku pembeli Kondotel Alana Sentul City, Bogor, merasa dipermainkan pihak manajemen Sentul City (021-87926777, Pak Didie dan Ibu Mega).
Janji keuntungan investasi 5 persen dari nilai unit kondotel yang dijanjikan, pada tahun kedua, terlambat dibayarkan sejak September 2015. Setiap saya tanyakan, jawabannya selalu belum dan tidak tahu.
Alangkah baiknya jika setidaknya kepada pembeli diinformasikan via surat tertulis kalau ada kendala yang dihadapi supaya semua pihak sama-sama enak. Mohon tanggapan Sentul City.
THOMAS SOETRISNO, TEMPEL SUKOREJO, TEGALSARI, SURABAYA
Tanggapan Gelora Bung Karno
Merujuk surat pembaca Bapak Firman B (Kompas, 18/2) berjudul "Komersialisasi GBK", kami sampaikan hal-hal berikut.
Kami menyambut baik dan berterima kasih atas perhatian dan saran yang diberikan.
Sebagai manajemen baru Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno, kami menyadari perlunya pembaruan dan penataan yang menyeluruh agar pelayanan kepada publik bisa menjadi lebih baik, mencakup perparkiran, toilet, kebersihan, ketertiban, dan keamanan.
RINPINAH, KEPALA SUBDIVISI HUMAS GELORA BUNG KARNO
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Maret 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar