Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 12 April 2016

TAJUK RENCANA: Kandidat Sekjen dan Peran PBB (Kompas)

Ada tiga hal yang tebersit saat membaca berita tentang pencalonan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa periode mendatang di harian ini.

Pertama, munculnya suara semakin kuat agar perempuan bisa maju sebagai kandidat sekjen badan dunia itu. Selama riwayatnya hingga hari ini, delapan orang yang menjadi sekjen adalah laki-laki. Kemarin kita melihat empat sosok perempuan yang maju, mulai dari Direktur UNESCO Irina Bukova, mantan PM Selandia Baru Helen Clark, mantan Menlu Moldova Natalia Gherman, hingga mantan Menlu Kroasia Vesna Pusic. Selain itu, dipercayai juga akan muncul perempuan kandidat lain, yakni Komisioner Uni Eropa Kristalina Georgieva dan Menlu Argentina Susana Malcorra.

Sejauh ini sudah ada 56 negara, termasuk Jepang dan Jerman, yang sudah menandatangani usulan serius untuk memberikan kesempatan kepada kandidat perempuan.

Hal kedua yang muncul adalah aspirasi agar kandidat dari Eropa Timur diberi kesempatan, hal yang belum pernah terjadi selama 70 tahun berdirinya PBB. Sekjen sekarang, Ban Ki-moon, berasal dari Korea Selatan/Asia.

Penggilliran wilayah baik juga dilakukan meski sebagai diplomat utama dunia, Sekjen PBB harus mumpuni dalam mengelola organisasi, sekaligus efektif dalam menemukan solusi permasalahan dunia.

Hal ketiga yang tidak kalah penting adalah seruan keterbukaan dalam pemilihan sekjen baru. Selama ini pemilihan sekjen berlangsung secara tertutup oleh sedikit negara, dalam hal ini adalah anggota tetap Dewan Keamanan (DK). Di antara mereka harus tercapai dulu kesepakatan, sebelum Dewan menominasikan kandidat tersebut dan ditetapkan Majelis Umum.

Kini, meski masih merupakan perangkat PBB yang paling berkuasa, DK dihadapkan pada realitas baru, antara lain ada aspirasi kuat agar DK direformasi karena susunan Dewan tidak lagi mencerminkan tatanan politik saat ini, sementara Dewan lahir di era setelah Perang Dunia II.

Di antara proses yang lebih terbuka adalah terpaparnya para kandidat di hadapan pulik. Paparan kandidat yang akan dilakukan di televisi juga bisa diikuti melalui internet. Kandidat terpilih akan menggantikan Ban Ki-moon dan mulai bertugas 1 Januari 2017.

Kita mendukung saja ketiga hal yang muncul di atas. Yang penting adalah siapa pun yang nanti terpilih, sekjen baru bisa bergegas menangani masalah global yang urgen, seperti pemanasan global, terorisme, ketimpangan kesejahteraan, dan menipisnya sumber daya.

Yang juga tidak kalah penting adalah masih berlanjutnya konflik di sejumlah wilayah. PBB sekarang dihadapkan pada banyak masalah sehingga kepemimpinan sekjen semakin sentral. Semoga seleksi mendapatkan sekjen baru bisa memenuhi harapan bangsa-bangsa.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 April 2016, di halaman 6 dengan judul "Kandidat Sekjen dan Peran PBB".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger