Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 06 April 2016

TAJUK RENCANA: ”Senggolan” Pesawat di Bandara Halim (Kompas)

Senggolan pesawat Batik Air dan pesawat TransNusa di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (4/4) malam, sungguh memprihatinkan.

Syukur tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Pesawat Boeing 737-800 Batik Air saat itu sedang dipacu untuk terbang ke Makassar, mengangkut 49 penumpang dan 7 awak. Di landasan pada saat bersamaan masih ada pesawat ATR TransNusa yang ditarik untuk dipindahkan. Insiden pun tak terhindarkan: sayap kiri Batik menyenggol bagian ekor dan sayap kiri ATR TransNusa.

Kita masygul dengan peristiwa ini karena insiden seperti itu menambah catatan buruk tentang keamanan dan keselamatan penerbangan sipil di Tanah Air. Organisasi penerbangan internasional tentu tidak lengah untuk mencatat insiden itu serta koyaknya kepercayaan pengguna jasa angkutan udara.

Menanggapi peristiwa di Halim, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meminta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk memeriksa kejadian ini. Yang juga diminta diperiksa adalah pengendali lalu lintas udara (ATC), Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia, dan penyelenggara layanan darat.

Kita berkepentingan untuk mengetahui penyebab kejadian ini. Selain untuk mencegah terulangnya insiden, kita harus menjaga reputasi penerbangan nasional. Mengapa bisa terjadi? Salah perintahkah? Miskomunikasikah?

Kita beri KNKT kesempatan untuk menyelidiki dan mengetahui penyebab insiden ini. Kita perlu menegaskan, istilah senggolan bernuansa mengecilkan peristiwa, yang sebenarnya berpotensi mengerikan. Bagaimana jika Batik Air melaju lebih kencang dan tidak bisa dihentikan lagi?

Baik juga kita merenung. Sudah tepatkah memindahkan penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta ke Halim yang sejatinya pangkalan militer?

Dalam catatannya di kompas.com, Selasa (5/4), KSAU 2002-2005 Marsekal (Purn) Chappy Hakim lugas menyatakan, "Pesawat Tabrakan di Halim, 'It's a Matter of Time', atau 'Tinggal Soal Waktu'".

Halim adalah home-base skuadron transpor ringan dan berat serta skuadron VIP Angkatan Udara, juga pangkalan pertahanan udara Ibu Kota dan pertahanan nasional. Penerbangan militer di sini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan tempur pilot TNI AU. Dengan satu landas pacu, tanpa taxi-way, dan lahan parkir sempit, Halim tidak ideal untuk menopang penerbangan komersial.

Semoga tak terjadi lagi insiden seperti Senin malam kemarin. Untuk itu, setiap komponen penerbangan sipil harus bekerja lebih ekstra hati-hati.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 April 2016, di halaman 6 dengan judul ""Senggolan" Pesawat di Bandara Halim".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger