Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 28 Mei 2016

TAJUK RENCANA: Berharap pada KTT G-7 Jepang (Kompas)

Harapan besar masyarakat dunia untuk membawa perekonomian global keluar dari resesi digantungkan pada KTT G-7 di Jepang pekan ini.

Situasi ekonomi global yang terus memburuk dipastikan menjadi salah satu agenda yang mendominasi KTT yang berlangsung di Is-Shime, selain isu keamanan, terorisme, perang saudara di Timur Tengah, meningkatnya instabilitas di Uni Eropa, isu Laut Tiongkok Selatan, dan lain-lain.

KTT Jepang yang merupakan KTT G-7 terakhir Presiden Barack Obama, tetapi tak dihadiri pemimpin Rusia-Tiongkok itu berlangsung di tengah situasi kemandekan ekonomi dunia, yang menuntut respons bersama global. Persoalannya, bisakah berharap pada G-7 yang belum sepenuhnya pulih dari dampak krisis finansial 2008 dan selama ini terbukti gagal menunjukkan kepemimpinan dalam serangkaian problem global, seperti ISIS dan krisis pengungsi?

AS sebagai perekonomian terbesar memang menunjukkan konsolidasi pemulihan ekonomi, tetapi sinyal kenaikan suku bunga yang dilempar Fed bukan tak mungkin kembali memicu guncangan baru bagi ekonomi negara berkembang, khususnya nilai tukar dan arus modal.

Tiongkok dihadapkan pada kontraksi ekonomi, bahkan kemungkinan hard landing. UE yang belum sepenuhnya keluar dari krisis utang dihadapkan problem baru eksistensial terutama dengan rencana keluarnya Inggris dari UE. Jepang belum mampu keluar dari resesi. Pelambatan Tiongkok dan anjloknya harga komoditas juga memukul emerging markets, lokomotif utama pertumbuhan global.

Situasi ini membuat IMF empat kali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dalam setahun terakhir. Hal sama dilakukan Bank Dunia dan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Dengan pertumbuhan 3,2 persen pada 2016, nyaris tak bergerak dari 3,1 persen pada 2015, ekonomi global secara teknis dalam resesi dengan stagnasi sekuler mengancam perekonomian besar.

Stagnasi ini dikhawatirkan akan kian melumpuhkan arus investasi dunia dan membuat utang pemerintah di sejumlah negara membengkak ke level yang dianggap berbahaya. Situasi yang diperkirakan belum membaik hingga 2018 ini menuntut kreativitas dan stamina semua negara untuk mencegah ekonomi mereka terseret ke krisis yang bisa berimplikasi pada politik, seperti terjadi di Brasil.

Indonesia yang berada di tengah pusaran badai ekonomi global berkepentingan ekonomi dunia segera bergerak. Meski tidak resesi; pelambatan pertumbuhan, perdagangan, dan investasi, serta peningkatan utang yang dihadapi Indonesia membuat risiko perekonomian juga meningkat.

Perdana Menteri Shinzo Abe sebagai tuan rumah diperkirakan mendesak para kolega di G-7 menggenjot belanja publik guna menggerakkan ekonomi global kendati komponen penting Abenomics ini gagal membawa Jepang sendiri keluar dari resesi. Dengan terbatasnya daya stimulus fiskal dan moneter mendongkrak ekonomi negara maju, reformasi struktural tampaknya tak bisa ditawar-tawar lagi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Mei 2016, di halaman 6 dengan judul "Berharap pada KTT G-7 Jepang".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger